GAZA – Kelompok hak asasi manusia (HAM) mengatakan Israel harus diselidiki atas kemungkinan kejahatan perang atas kematian seorang jurnalis di Lebanon pada Oktober lalu.
Reporter Reuters Issam Abdallah, 37, tewas dalam dua serangan di perbatasan Israel-Lebanon pada Oktober lalu. Enam lainnya terluka.
Amnesty dan Human Rights Watch (HRW) mengatakan penyelidikan menunjukkan para jurnalis tersebut mungkin sengaja ditembak oleh awak tank Israel.
Israel membantah menargetkan para wartawan.
“Kami tidak menargetkan warga sipil,” kata juru bicara pemerintah Israel Eylon Levy ketika ditanya tentang laporan dari Amnesty dan HRW.
“Kami telah melakukan segala yang mungkin untuk menyelamatkan warga sipil dari bahaya,” lanjutnya dalam pernyataan yang disiarkan televisi.
Kelompok yang terdiri dari tujuh jurnalis dari Reuters, Al-Jazeera dan AFP, sedang syuting sekitar 1 km dari perbatasan Lebanon-Israel pada 13 Oktober.
Amnesty mengatakan gambar menunjukkan para jurnalis mengenakan pelindung tubuh bertanda kata "PRESS", dan mobil kru Reuters bertanda "TV" dengan pita kuning di kap mesin.
Menurut Reuters, mereka berada di puncak bukit di area terbuka tanpa pepohonan atau bangunan lain yang menghalangi mereka dari pos militer Israel di dekatnya.
Drone berada di atas dan helikopter Israel sedang berpatroli.
Abdallah tewas seketika dalam serangan itu. Dua jurnalis Reuters lainnya, dua dari AFP dan dua dari Al Jazeera semuanya terluka. Fotografer AFP Christina Assi, 28, kemudian diamputasi kakinya dan masih di rumah sakit.
Wakil direktur regional Amnesty Aya Majzoub mengatakan penyelidikan yang dilakukan organisasi tersebut menunjukkan bahwa serangan tersebut kemungkinan merupakan serangan langsung terhadap warga sipil dan harus diselidiki sebagai kejahatan perang.
“Mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan di luar hukum Issam Abdallah dan melukai enam jurnalis lainnya harus bertanggung jawab,” ujarnya.
Human Rights Watch (HRW) mengatakan serangan itu tampaknya serangan yang disengaja terhadap warga sipil, dan merupakan kejahatan perang.
Kelompok tersebut mengatakan penyelidikannya menunjukkan bahwa para jurnalis tersebut jauh dari permusuhan yang sedang berlangsung, dengan jelas dapat diidentifikasi sebagai anggota media, dan telah diam setidaknya selama 75 menit sebelum mereka diserang.
Secara terpisah, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Richard Hecht mengatakan militer tidak menargetkan jurnalis ketika Reuters menyampaikan temuannya sendiri mengenai insiden tersebut. Kantor Perdana Menteri (PM) Israel tidak menanggapi permintaan komentar Reuters.
Direktur berita global AFP juga mengatakan lembaga tersebut telah menyampaikan temuan terbarunya kepada militer Israel tetapi belum menerima tanggapan.
Menurut Komite Perlindungan Jurnalis, enam puluh tiga jurnalis telah terbunuh sejak dimulainya perang.
(Susi Susanti)