Bantuan internasional dari berbagai negara pun mulai berdatangan ke Turki, dari logistik, alat kesehatan, tenda, hingga tim SAR untuk membantu pencarian dan evakuasi korban dari reruntuhan bangunan.
Meski begitu, gempa susulan yang terus terjadi menyulitkan upaya evakuasi korban, sementara cuaca dingin bulan Februari menambah derita para penyintas yang terpaksa bermalam di luar ruangan karena takut kembali ke rumah atau bangunan karena potensi gempa lanjutan.
Kondisi upaya penyelamatan dan bantuan di Suriah justru lebih buruk, dengan perang saudara yang masih berlangsung di negara tersebut. Wilayah Aleppo dan Latakia yang menderita kerusakan terburuk dari gempa berada dalam kontrol pasukan pemberontak sehingga akses bantuan yang dapat disalurkan terbatas dan terhalang oleh pembatasan dari pemerintah Suriah.
Akses ke lokasi yang terdampak gempa juga terkendala oleh kerusakan pada jalan dan sarana komunikasi, menyulitkan pengiriman bantuan dan penyelamatan korban.
Upaya pencarian korban di Turki berlangsung hingga 19 Februari dengan korban jiwa mencapai 50.783 orang, menurut badan manajemen bencana Turki, AFAD, sementara hampir 300 orang masih dinyatakan hilang. Lebih dari 107.000 korban di 11 provinsi di Turki mengalami luka-luka dan ratusan ribu bangunan, termasuk gedung apartemen hancur lebur akibat bencana tersebut.