ISRAEL - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu atau yang dikenal juga sebagai Bibi, menjadi populer setelah menentang perjanjian antara Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dengan Israel pada 1993.
Melansir dari Office of The Historian, perjanjian PLO ini menegaskan Israel menerima PLO sebagai wakil Palestina dan PLO meninggalkan terorisme serta mengakui hak Israel untuk hidup dalam damai. Secara lebih luas, perundingan pada tahun 1990an membantu Israel, Palestina, dan Suriah untuk mendobrak berbagai tabu diplomatik dan membangun landasan bagi perdamaian Arab-Israel yang komprehensif. Namun penyelesaian konflik Arab-Israel masih sulit dicapai.
Sejak 7 Oktober 2023 hingga saat ini, perang Israel-Hamas masih belum menemukan titik terang kesepakatan gencatan senjata. Israel terus membombardir Gaza dengan bom dan korban jiwa terus berjatuhan.
Mengutip Pew Research Center, pandangan masyarakat Israel terhadap Netanyahu lebih besar ketimbang pandangan positif. Orang-orang yang mendukung partai Likud yang konservatif pimpinan Netanyahu atau partai-partai lain dalam koalisi pemerintahannya.
Sebagian besar warga Israel memiliki pandangan bahwa Israel penuh dengan perpecahan. Warga Israel menyaksikan konflik yang kuat antara kelompok politik kiri dan kanan, serta antara warga Arab dan Yahudi Israel.
Berikut 3 alasan Benjamin Netanyahu dibenci oleh warga Israel.
1. Melakukan pembantaian
Pembantaian mengejutkan yang dilakukan kelompok bersenjata Hamas pada 7 Oktober telah membuat warga Israel bersatu satu sama lain. Namun tidak banyak dukungan yang ditujukan kepada pemerintah yang banyak dituduh mengabaikan pertahanan negaranya dan mengakibatkan perang di Gaza yang mengguncang wilayah tersebut.
Kemarahan publik atas sekitar 1.300 korban jiwa di Israel semakin dipicu oleh sikap Netanyahu yang menyebut diri sebagai ahli strategi Churchillian yang meramalkan ancaman keamanan nasional.
Latar belakang lainnya adalah polarisasi sosial tahun ini sehubungan dengan upaya perombakan peradilan koalisi agama-nasionalis yang dipimpinnya, yang memicu pemogokan oleh beberapa pasukan cadangan militer dan menimbulkan keraguan yang kini muncul secara berdarah, menurut sebagian orang – mengenai kesiapan tempur.
2. Gemar menyulut perpecahan demi kepentingan politik
Mengutip DW, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mencap koalisi pemerintahan baru sebagai "penipuan terbesar" dalam sejarah demokrasi Israel.
Netanyahu merupakan perdana menteri terlama Israel setelah menjabat selama 15 tahun. Namun, saat ini pria berusia 71 tahun itu tengah berjuang mempertahankan karir politiknya di tengah proses persidangan kasus korupsi, penyuapan, dan penipuan.
Pemimpin partai konservatif Likud ini mengecam koalisi pemerintahan baru yang terdiri dari partai kecil dan menengah dari berbagai spektrum. Tercatat delapan partai politik bergabung dalam aliansi tersebut.
"Kami menyaksikan kecurangan pemilu terbesar dalam sejarah negara ini, menurut pendapat saya dalam sejarah demokrasi manapun”, kata Netanyahu kepada sekelompok anggota parlemen Likud.
3. Masalah kepemimpinan
Israel berulang kali gelar pemilu karena adanya perselisihan kepemimpinan Benjamin Netanyahu.
Saat ini parlemen Israel atau yang biasa dikenal dengan Knesset terbelah antara kubu yang mendukung kelanjutan kekuasaan dan mereka yang ingin menjatuhkannya.
Polarisasi itu meruncing antara lain disebabkan oleh sistem kepartaian Israel yang terbagi-bagi berdasarkan ideologi, etnisitas atau agama, yang artinya partai-partai politik harus berupaya membangun aliansi atau membubarkannya untuk mendapat apa yang mereka inginkan.
(Susi Susanti)