Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Cinta Bung Tomo dengan Sulistina yang Membara di Tengah Perang

Salman Mardira , Jurnalis-Selasa, 16 Januari 2024 |06:00 WIB
Kisah Cinta Bung Tomo dengan Sulistina yang Membara di Tengah Perang
Soetomo atau Bung Tomo dengan istrinya Sulistina (Istimewa)
A
A
A

SOETOMO alias Bung Tomo bukan hanya jago dalam urusan taktik perang melawan penjajah. Dikenal sebagai pahlawan yang berani mati demi Tanah Air, sisi lain Bung Tomo yang jarang terungkap adalah keromantisannya.

Bung Tomo merupakan pahlawan yang memimpin Perang Revolusi melawan pasukan Sekutu di Surabaya. Dikenal dengan dengan Peristiwa 10 November 1945, pasukan dipimpin Bung Tomo berhasil memukul mundur tentara Inggris yang membuat mereka sekaligus angkat kaki dari Indonesia.

Perang ternyata tak membuat Bung Tomo melupakan cintanya. Ia masih menyempatkan berkomunikasi dengan kekasihnya Sulistina atau Jeng Lies, perawat cantik juga relawan Palang Merah Indonesia (PMI) yang kemudian jadi istrinya.

 BACA JUGA:

Majalah Tarbawi yang terbit sejak 1999 hingga 2024 pernah meluncurkan edisi khusus “Keajaiban Surat Cinta: Kisah Para Pejuang Muslim…” yang di dalamnya turut mengulis kisah cinta Bung Tomo.

Dalam perang yang kalut di Surabaya dikisahkan bahwa Bung Tomo sempat mengirim surat ke Sulistina mengabarkan kerinduannya.

“Datanglah. Waktuku amat sempit. Ada yang ingin aku ceriterakan padamu” atau, “Aku rindu padamu tetapi tak punya waktu,. Bisa Jeng menemuiku?” begitu bunyi surat cinta Bung Tomo.

 BACA JUGA:

Surat-surat kecil selalu dikirim Bung Tomo ke Sulitina lewat anak buahnya bernama Cak Ri. Di samping surat, Bung Tomo juga memberikan oleh-oleh seperti payung Tasikmalaya atau Batik solo.

Bung Tomo bertemu dengan Sulistina yang saat itu jadi relawan PMI saat pertempuran di Surabaya pada 1945.

"Durung maju perang wis ndelik. Yok opo se (Belum maju perang kok sudah sembunyi, gimana sih)!” katanya.

Hingga suatu saat Bung Tomo mengirimkan surat ke Sulitina, "Jeng Lies aku cinta padamu. nanti kalau perang sudah usai. Dan…Kita akan membuat Mahligai.”

 BACA JUGA:

“Tak terlalu tinggi cita-citaku. Impianku kita punya rumah diatas gunung. Jauh dari keramaian. Rumah yang sederhana seperti pondok.

Hawanya bersih, sejuk dan pemandangannya Indah. Kau tanam bunga-bunga dan kita menanam sayur sendiri. aku kumpulkan muda-mudi kudidik mereka menjadi patriot bangsa,”

Bung Tomo kemudian menikahi Sulistina pada 19 Juni 1947 di Jalan Lowokwaru IV/2 Malang. Banyak rekannya dari BPRI dan PMI hadir.

Tapi, jadi istri pejuang sekelas Bung Tomo bukan hal mudah karena sering diburu-buru penjajah Belanda. Akibatnya mereka harus pindah ke Yogyakarta.

 BACA JUGA:

Untuk urusan dapur Bung Tomo memang jago memasak rawon, lodeh, sayur asem, sambel goreng taoco. Bahkan beliau sendiri yang mengajari istrinya memasak.

“Waktu kecil aku sering ikut ibu membantu orang yang punya hajat perkawinan. Mereka sering kali bilang, kalau perempuan yang bisa mengulek pasti pandai melayani suami di tempat tidur. Makanya kamu harus pandai memasak supaya aku betah di rumah” kata Bung Tomo kepada istrinya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement