Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadan Jatuh pada 11 Maret 2024, Jangan Ribut jika Berbeda

Erfan Erlin , Jurnalis-Minggu, 21 Januari 2024 |07:17 WIB
Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadan Jatuh pada 11 Maret 2024, Jangan Ribut jika Berbeda
PP Muhammadiyah (Foto: Erfan Erlin)
A
A
A

YOGYAKARTA - Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah mengumumkan bahwa awal Ramadan jatuh pada 11 Maret 2024. Sementara Idul Fitri diprediksi akan jatuh pada tanggal 10 April 2024, dan Idul Adha pada Senin 17 Juni 2024.

Penetapan ini didasarkan pada hasil hisab hakiki wujudul hilal yang menjadi pegangan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Natsir, pengumuman mengenai awal Ramadan dan Hari Raya dilakukan untuk memberikan pedoman kepada umat Islam, khususnya bagi warga Muhammadiyah.

Sehingga bisa memulai ibadah puasa, merayakan Idul Fitri, dan Idul Adha sesuai perhitungan hisabulhilal yang telah ditetapkan.

"Kenapa kami umumkan hari ini? Kami PP Muyammadiyah tidak menduhuli siapapaun," ujarnya di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu 20 Januaro 2024.

Haedar menegaskan, bahwa pengumuman ini adalah hal yang wajar dan terjadi setiap tahun sebagaimana juga sebagai organisasi Islam bahkan negara mengeluarkan kalender baik hijriyah yang berisi tanggal-tanggal atau bulan dalam hijriyah yang ada irisannya dengan kegiatan-kegiatan ritual ibadah, atau pemerintah kalender miladiyah yang tekait dengan tanggal yang menyangkut kegaitan publik baik tingkat negara ataupun global.

Sehingga, sambung Haedar, maklumat atau pengumunan Muhammadiyah ini maklumat yang normal terjadi. Dan maklumat ini dilakukan karena mereka menggunakan metode hisab atau metode hisab hakiki hiasabul hilal. Sehingga hal ini perlu disampaikan agar tidak lagi menjadi diskusi atau polemik.

"Muhammadiyah tidak mendahukui karena tidak ada yang didahului. Dan sebaliknya juga tidak ada yang kami tinggalkan," ujar dia.

Haedar mengungkapkan, bahwa mungkin akan ada perbedaan dalam penetapan awal Ramadan. Namun, mungkin ada kesamaan Idul Fitri, dan Idul Adha.

Kendati, pihaknya tetap menekankan bahwa baik kesamaan maupun perbedaan tersebut seharusnya sudah menjadi hal yang biasa dalam beribadah. Ia mendorong umat Islam untuk menerima keragaman ini.

"Karena memang selama masih ada perbedaan di dalam Islam antar metode. Maka, akan selalu ada perbedaan dalam penentuan awal Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha," tuturnya.

Haedar menambahkan, Muhammadiyah telah memberikan isyarat terbuka untuk mencapai kesepakatan dalam menyusun kalender global Islam yang bersifat internasional. Meskipun membutuhkan waktu. Namun, hal ini diharapkan dapat menciptakan kesepakatan yang lebih luas dan mengurangi perbedaan yang tidak perlu dalam penetapan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha.

Muhammadiyah telah menyampaikan solusi dengan usulan kalender global internasional, yakni kalender islam unifikasi. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan waktu.

"Dan ini adalah utang umat Islam peradaban. Umat Islam ini kan dengan perintah iqro saja garus menjadi umat dan bangsa yang berpikir menggunakan ilmu pengetahuan dan tehnologi sebaik mungkin dan tasional," tuturnya.

Haedar tetap kembali mengimbagu baik ada kesamaan dan perbedaan maka tidak kalah pentingnya memaknai ibadah ramadan dan Idul Fitri ataupun Dzulhijah untuk melahirkan keislaman yang lebih baik. Namun, jika nanti berbeda maka itu tidak perlu ribut di media sosial karena justru membuat nilai ibadah berkurang.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement