Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Kesaktian Soekarno yang Diduga Berasal dari Pusaka Wesi Kuning Minak Jinggo

Rina Anggraeni , Jurnalis-Senin, 19 Februari 2024 |06:36 WIB
Kisah Kesaktian Soekarno yang Diduga Berasal dari Pusaka Wesi Kuning Minak Jinggo
Ilustrasi harga tanah per meter ( Foto: Okezone)
A
A
A

Namun, keberadaan Adipati Kebo Marcuet sebagai raja taklukan ternyata menghadirkan ancaman bagi Ratu Ayu Kencana Wungu. Hal ini lantaran Adipati Kebo Marcuet terus-menerus merongrong wilayah kekuasaan Majapahit.

Kecemasan Ratu Ayu Kencana Wungu akhirnya memunculkan ide untuk berupaya menghentikan ulah Adipati Kebo Marcuet dengan mengadakan sebuah sayembara untuk mengalahkannya.

Sayembaranya saat itu menjanjikan bagi siapapun yang berhasil mengalahkan Kebo Marcuet, maka akan dijadikan suaminya dan diangkat menjadi Adipati Blambangan yang baru.

Mendengar hal itu sayembara pun diikuti oleh puluhan orang. Namun sayangnya, semua gagal mengalahkan kesaktian Adipati Kebo Marcuet.

Kemudian datanglah seorang pemuda tampan dan gagah bernama Jaka Umbaran yang berasal dari Pasuruan (Probolinggo). Ia merupakan putera Ki Ajar Pamenger yang terkenal dengan sebutan Menak Jinggo.

Jaka Umbaran yang telah mengetahui kelemahan Adipati Kebo Marcuet akhirnya berhasil mengalahkannya dengan senjata pusakanya yakni Gada Wesi Kuning (Gada yang terbuat dari kuningan) dibantu oleh Dayun, seorang pemanjat kelapa yang sakti.

Mengetahui hal tersebut, Ratu Ayu Kencana Wungu sangat gembira dengan kekalahan Adipati Kebo Marcuet. Ia pun menepati janjinya dan menobatkan Jaka Umbaran sebagai Adipati Blambangan yang baru dengan gelar Menak Jinggo.

Akan tetapi, Ratu Ayu Kencana Wungu menolak menikah dengan Jaka Umbaran alias Menak Jinggo lantaran dirinya sudah tidak lagi tampan akibat pertarungannya dengan Adipati Kebo Marcuet.

Menak Jinggo tetap bersikeras menagih janji. Ia datang ke Majapahit untuk melamar Ratu Ayu Kencana Wungu meskipun saat itu ia telah memiliki dua selir yakni Dewi Wahita dan Dewi Puyengan.

Lamaran Menak Jinggo itu tetap tidak membuahkan hasil, usahanya bertepuk sebelah tangan karena sang Ratu tetap tidak sudi menikah dengannya.

Penolakan itu membuat Menak Jinggo murka dan memendam dendam kepada Ratu Ayu Kencana Wungu. Untuk melampiaskan kemarahannya, Menak Jinggo merebut beberapa wilayah kekuasaan Majapahit lewat Perang Paregrek. Tidak hanya itu, Menak Jinggo pun berniat untuk menyerang ibu kota Majapahit.

Mendengar hal itu, Ratu Ayu Kencana Wungu sangat khawatir apabila Menak Jinggo benar ingin menyerang kerajaannya. Oleh karena itu, ia pun menggelar kembali sebuah sayembara.

Puluhan orang kembali turut serta dalam sayembara tersebut. Namun tetap tidak ada satu pun yang berhasil mengungguli kesaktian Menak Jinggo.

Ratu Ayu Kencana Wungu semakin cemas dan sangat khawatir. Kemudian datanglah seorang pemuda tampan bernama Damarwulan.

Pertarungan sengit antara dua pendekar sakti itupun terjadi. Namun, akhirnya Damarwulan kalah dalam pertarungan itu. Damarwulan pun dimasukkan ke dalam penjara oleh Menak Jinggo.

Akan tetapi, rupanya kedua selir Menak Jinggo, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan terpikat melihat ketampanan Damarwulan. Keduanya secara diam-diam mengobati luka pemuda itu dan ingin membantu Damarwulan dengan membuka rahasia kesaktian Menak Jinggo.

Untuk membantu Damarwulan, pada malam hari, Dewi Sahita dan Dewi Puyengan mencuri pusaka Gada Wesi Kuning saat Menak Jinggo tidur terlelap. Pusaka itu kemudian diberikan kepada Damarwulan.

(Rina Anggraeni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement