Kunjungan utusan Sultan Pajang ke Mataram berbuah dua laporan berbeda. Itu sebabnya karena adanya sambutan tipu-tipu dan kamuflase yang bagus dari Panembahan Senopati, yang menjadi penguasa Mataram, tapi masih di bawah wilayah kekuasaan Kesultanan Pajang.
Kala itu dua utusan Pajang yakni Pangeran Benawa, yang merupakan putra kandung dari Sultan Hadiwijaya atau penguasa Pajang dan Tumenggung Mancanegara, diutus sang sultan untuk mengunjungi Mataram.
Sebabnya karena sudah satu tahun lebih Panembahan Senopati tidak kunjung sowan menghadap ke Pajang. Bahkan hal ini diperkuat dengan laporan - laporan dari para bupati dan adipati di sekitar Pajang dan Mataram yang menjadi wilayah kekuasaan Pajang, bahwa Senopati tengah menghimpun kekuatan untuk melawan Pajang.
Kedatangan dua utusan khusus itu pun disambut baik oleh Senopati. Jamuan makan dan segala kenikmatannya konon membuat sikap kedua utusan ini berbeda, dikutip dari "Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II". Tumenggung Mancanegara curiga ada maksud dan tujuan tertentu dari sambutan yang diberikan Senopati kepada dua utusan Pajang.
Apalagi pada perjalanannya Mataram mulai mengembangkan kekuatan, dan mulai terbuai dengan sikap permusuhan dengan Pajang. Tapi sikap sebaliknya ditunjukkan oleh anak sang Sultan Pajang Pangeran Benawa, dari hasil pernikahan dengan Ratu Mas Cempaka.