 
                
GAZA – Kepala badan pengungsi Palestina Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) UNRWA Philippe Lazzarini pada Senin (4/3/2024) memperingatkan tentang kampanye yang disengaja dan terpadu yang bertujuan untuk mengakhiri operasinya karena Israel menuduh organisasi tersebut mempekerjakan lebih dari 450 anggota dari Hamas dan kelompok bersenjata lainnya.
Lazzarini tidak secara khusus menanggapi tuduhan terbaru yang dibuat oleh militer Israel pada Senin (4/3/2024), namun ia menegur Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu karena secara terbuka menyatakan bahwa UNRWA tidak akan menjadi bagian dari Gaza pascaperang.
“UNRWA menghadapi kampanye yang disengaja dan terpadu untuk melemahkan operasinya, dan pada akhirnya mengakhirinya,” terang Lazzarini, Kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) kepada Majelis Umum PBB, dikutip Reuters.
“Implementasi rencana ini sudah berjalan seiring dengan hancurnya infrastruktur kami di seluruh Jalur Gaza,” katanya. “Menghancurkan UNRWA adalah tindakan jangka pendek. Dengan melakukan hal ini, kita akan mengorbankan seluruh generasi anak-anak, menabur benih kebencian, kebencian, dan konflik di masa depan,” lanjutnya.
Lazzarini mengatakan kepada majelis yang beranggotakan 193 orang itu bahwa UNRWA berfungsi secara langsung setelah 16 negara menghentikan pendanaan sebesar USD450 juta ketika Israel pada Januari menuduh 12 staf UNRWA ikut serta dalam serangan militan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Staf UNRWA dipecat dan penyelidikan internal independen PBB diluncurkan.
“Nasib badan ini, dan jutaan orang yang bergantung padanya, berada dalam ketidakpastian,” kata Lazzarini di Majelis Umum, seraya menggambarkan UNRWA sebagai tulang punggung bantuan kemanusiaan di Gaza.
UNRWA mempekerjakan 13.000 orang di Gaza, mengelola sekolah, klinik kesehatan dan layanan sosial lainnya, serta mendistribusikan bantuan kemanusiaan. PBB mengatakan sekitar 3.000 orang saat ini masih bekerja untuk menyalurkan bantuan di Gaza, di mana 576.000 orang atau seperempat dari populasi, berada selangkah lagi dari kelaparan.
“Di Gaza, PBB sendiri adalah organisasi teror,” kata Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan kepada Majelis Umum pada Senin (4/3/2024) pagi.
Perang di Gaza dipicu oleh serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, ketika sekitar 1.200 orang terbunuh dan 253 sandera disandera, menurut penghitungan Israel. Serangan udara dan darat Israel di Gaza telah menewaskan sekitar 30.000 warga Palestina, kata otoritas kesehatan di daerah kantong yang dikuasai Hamas.
(Susi Susanti)