Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Geng Kriminal Kuasai 80% Wilayah di Ibu Kota Haiti, Ingin Gulingkan PM Henry

Susi Susanti , Jurnalis-Rabu, 06 Maret 2024 |16:32 WIB
Geng Kriminal Kuasai 80% Wilayah di Ibu Kota Haiti, Ingin Gulingkan PM Henry
Geng kriminal kuasai 80% wilayah di Ibu Kota Haiti (Foto: AP)
A
A
A

HAITI – Kekerasan di Haiti, negara termiskin di Benua Amerika, semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Kerusuhan dan kekerasan yang membayangi Haiti ini dipicu karena maraknya geng-geng kriminal menguasai hampir 80% wilayah di ibu kota Port-au-Prince.

Tujuan mereka satu yakni menggulingkan Perdana Menteri (PM) Ariel Henry.

Peningkatan kekerasan terbaru dimulai pada Kamis (29/2/2024), ketika PM melakukan perjalanan ke Nairobi untuk membahas pengiriman pasukan keamanan multinasional pimpinan Kenya ke Haiti.

Pemimpin geng Jimmy Chérizier yang dijuluki ’Barbecue’ mengumumkan serangan terkoordinasi untuk menyingkirkannya.

Saat Henry berada di Kenya, geng criminal atas komando Jimmy, melakukan serangan, menyerang kantor polisi dan menyerbu dua penjara terbesar di Haiti.

“Kita semua, kelompok bersenjata di kota-kota provinsi dan kelompok bersenjata di ibu kota, bersatu,” kata Jimmy yang juga mantan petugas polisi, yang diduga berada di balik beberapa pembantaian di Port-au-Prince, dikutip BBC.

Gelombang penembakan menyebabkan empat petugas polisi tewas dan lima lainnya luka-luka.

Sekitar selusin orang tewas dalam serangan terhadap penjara tersebut. Sekitar 4.000 narapidana melarikan diri dan masih berkeliaran.

Di antara mereka yang ditahan di penjara di Port-au-Prince adalah tersangka yang didakwa sehubungan dengan pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada 2021.

Kekerasan geng semakin meningkat sejak pembunuhannya pada 2021. Moïse belum tergantikan dan pemilihan presiden belum diadakan sejak 2016.

Di ibu kota, geng-geng telah mendirikan barikade untuk mencegah pasukan keamanan merambah wilayah mereka, sementara markas mereka di kawasan kumuh yang luas di Port-au-Prince sebagian besar masih dikunci.

Sekolah-sekolah dan banyak tempat usaha ditutup, dan ada laporan penjarahan di beberapa lingkungan.

Seorang menteri yang menggantikan Henry mengumumkan keadaan darurat 72 jam.

Tentara juga telah dikerahkan untuk mempertahankan bandara ibu kota Haiti, Port-au-Prince, dari serangan geng bersenjata.

Para saksi mata melaporkan mendengar suara tembakan di sekitar Bandara Toussaint Louverture ketika pasukan keamanan bentrok dengan orang-orang bersenjata.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement