MASJID Gedhe Kauman, Yogyakarta. Sebuah situs tempat ibadah umat Islam Kota Gudeg yang sarat filosofi dan sejarah. Masjid yang terletak di Alun-Alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini juga sering disebut dengan Masjid Agung Yogyakarta.
Sebagaimana Masjid Bawah Tanah di Taman Sari, masjid ini juga merupakan salah satu peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) I yang sudah dibangun sejak 29 Mei 1773. Semenjak masjid ini rampung, Masjid Bawah Tanah Taman Sari tak lagi difungsikan sebagai tempat ibadah keluarga keraton dan masyarakat Yogya.
Bentuk masjidnya seluas 16 ribu meter persegi ini sarat filosofi. Dibangun bergaya tradisional Jawa dengan beratap tumpang tiga yang disebut Tajuk Lambang Teplok.
Interiornya dilengkapi 36 pasak kayu jati dan empat tiang utama setinggi 4 meter yang usianya sudah sekira lima abad. Masjid ini juga punya serambi Al Makhamah Al Kabiroh yang jadi tempat pusat pendidikan agama hingga urusan yang berkaitan dengan hukum agama.
Dinamakan Kauman tak lepas dari eksistensi Kampung Kauman. Kampung atau permukiman tempat para ulama dan abdi para Qoimuddin atau penegak agama.
Masjid Gedhe Kauman sempat jadi salah satu “korban” gempa dahsyat di Yogyakarta pada tahun 1867, hingga membuat bagian serambi dan gapuranya ambruk. Setahun kemudian masjid ini baru “direnovasi” kembali dengan sekaligus memperluas serambi.
Selain sempat rusak karena gempa, di masjid ini juga dikenal peristiwa kontroversial pengubahan kiblat oleh KH Ahmad Dahlan. Pendiri Muhammadiyah itu mengoreksi arah kiblat dengan kemiringan 23 derajat dari arah kiblat sebelumnya.
Di masa revolusi fisik (1945-1949), masjid ini sering jadi tempat dua pemimpin kenamaan, Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Soedirman dan Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX salat dan berdoa tengah malam. Sebagaimana yang diceritakan Soegiri Sumodarsono, eks ajudan Pangsar Jenderal Soedirman dalam ‘Vidya Yudha’ terbitan IX Januari 1970:
“Sering sekali Panglima Besar TNI, Letdjen Soedirman pada tahun 1948 ditengah malam berada di mesjid besar Alun2 Utara Jogjakarta; kadang2 sampai pagi hari memohon kepada Ilahi. Di tempat jang sama dan waktu jang sama pula tampak pula Sultan HB-IX dengan maksud jang sama pula,”
Selain masih difungsikan sebagai tempat ibadah, Masjid Gedhe Kauman juga jadi salah satu daya tarik wisata di Kota Yogyakarta.
(Awaludin)