INDIA - India, negara demokrasi terpadat di dunia, akan mengadakan pemilihan umum (pemilu) berikutnya dalam periode tujuh tahap yang akan berlangsung selama 44 hari. Pada 16 Maret lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) India mengumumkan bahwa masyarakat India akan melakukan pemungutan suara antara tanggal 19 April dan 1 Juni, dan hasilnya diumumkan pada tanggal 4 Juni.
Perdana Menteri (PM) Narendra Modi mengincar masa jabatan ketiga setelah partainya, Partai Bharatiya Janata atau BJP, memenangkan 303 kursi pada pemilu 2019. Temuan terbaru dari “Jajak Pendapat Mood of the Nation” oleh India Today menunjukkan bahwa para pemilih terus melihat Modi sebagai pemimpin yang populer (walaupun jajak pendapat semacam itu sering kali memiliki catatan keakuratan yang beragam). Untuk menghadapi BJP, partai oposisi utama India, Kongres, telah membentuk blok koalisi dengan lebih dari dua lusin partai oposisi lainnya yang disebut Aliansi Inklusif Pembangunan Nasional India, atau INDIA.
Dikutip TIME, pemilu di India merupakan pelaksanaan demokrasi terbesar di dunia, dengan hampir 970 juta pemilih terdaftar, 470 juta di antaranya adalah perempuan yang hadir untuk memberikan suara. Tahun ini, 18 juta pemilih pemula juga berhak memilih.
Jumlah pemilih dalam pemilu di India secara historis tinggi. Pemilu terakhir yang diadakan pada tahun 2019 menghasilkan 67% partisipasi, menurut Komisi Pemilihan Umum, atau ECI. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat memiliki 66% partisipasi pemilih pada pemilu presiden tahun 2022.
India juga dikenal sebagai negara dengan pemilu termahal di dunia, dengan partai politik menghabiskan lebih dari USD7 miliar pada tahun 2019, dibandingkan dengan USD6,5 miliar yang dihabiskan di AS. pada pemilu tahun 2016. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada pemilu tahun ini.
Di bawah sistem parlementer di negara tersebut, partai yang memenangkan mayoritas dari 543 kursi di Lok Sabha, atau majelis rendah Parlemen, membentuk pemerintahan dan menunjuk kandidatnya sebagai perdana menteri.