Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

China Resah Jepang Mulai Tunjukkan Keinginan Bergabung ke AUKUS

Rahman Asmardika , Jurnalis-Rabu, 20 Maret 2024 |13:44 WIB
China Resah Jepang Mulai Tunjukkan Keinginan Bergabung ke AUKUS
China resah Jepang mulai tunjukkan keinginan bergabung ke AUKUS (Foto: AP)
A
A
A

Aliansi AUKUS

Didirikan pada September 2021, AUKUS memiliki dua tujuan: Pertama, menyediakan armada kapal selam serang bertenaga nuklir bagi Australia; Kedua, meningkatkan kemampuan pertahanan melalui kecerdasan buatan (AI), drone bawah laut, serta teknologi peperangan hipersonik dan elektronik.

Jepang, yang telah merencanakan pengeluaran pertahanan senilai USD290 miliar selama lima tahun mulai tahun fiskal 2023, ingin menjalin kemitraan dengan AUKUS di bidang kemampuan tingkat lanjut -- semua ini untuk mewujudkan "Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," lapor AFP, mengutip keterangan seorang pejabat kedutaan Jepang yang berbasis di Australia.

Namun, hal yang mengkhawatirkan China adalah permintaan Kementerian Pertahanan AS untuk dana terpisah sebesar USD500 juta di bawah Pacific Deterrence Initiative untuk menambah persenjataan bagi Taiwan guna melawan potensi agresi China.

Langkah terbaru AS dan keinginan Jepang menjalin kolaborasi pertahanan dengan AUKUS diharapkan memberikan dorongan signifikan terhadap langkah Washington untuk meningkatkan kemampuan pencegahan sekutu-sekutunya di kawasan, di mana China telah meningkatkan sikap agresifnya dalam beberapa waktu terakhir.

China telah membangun dan memiliterisasi banyak pulau dan terumbu karang di Laut China Selatan. Beijing sedang mengembangkan landasan udara baru di Pulau Triton, Kepulauan Paracel paling selatan dan barat, yang dalam bahasa Mandarin dikenal sebagai Kepulauan Xisha.

Landasan udara di Pulau Triton yang selesai dibangun akan menjadi pulau ke-4 dari total tujuh pulau buatan manusia yang telah dimiliterisasi China dengan sistem rudal anti-kapal dan anti-pesawat, peralatan laser dan jamming serta pesawat jet tempur di Laut Cina Selatan, lapor Associated Press. Landasan udara yang sedang dikembangkan di Pulau Triton akan memiliki panjang lebih dari 600 meter, cukup panjang untuk menampung pesawat turboprop dan drone.

Dibandingkan dengan landasan terbang lain yang sudah dikembangkan China di Kepulauan Spratly, termasuk di Fiery Cross Reef dan Mischief Reef, landasan udara yang dibangun di Pulau Triton di Kepulauan Paracel jauh lebih pendek, menurut laporan South China Morning Post (SCMP).

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement