RUSIA - Presiden Rusia Vladimir Putin berharap Presiden Prancis Emmanuel Macron berhenti berupaya memperburuk perang di Ukraina, namun memainkan peran dalam menemukan perdamaian.
“Tampaknya Prancis dapat memainkan peran. Semuanya belum hilang,” terangnya.
"Saya sudah mengatakannya berulang kali dan saya akan mengatakannya lagi. Kami menginginkan perundingan damai, tapi bukan hanya karena musuh kehabisan peluru," lanjutnya.
“Jika mereka benar-benar serius ingin membangun hubungan bertetangga yang damai dan baik antara kedua negara dalam jangka panjang, dan tidak hanya mengambil jeda untuk persenjataan kembali selama 1,5-2 tahun,” tambahnya.
Rusia mengancam akan menyerang pasukan Prancis sebagai prioritas jika mereka dikerahkan di wilayah Ukraina, dan menyebut mereka sebagai target yang sah.
Kepala mata-mata Vladimir Putin, Sergei Naryshkin, mengeluarkan ancaman terhadap semua orang Prancis yang datang ke wilayah dunia Rusia, yang dianggap merujuk pada Ukraina.
Dikutip Independent, pernyataan dari kepala intelijen luar negeri Rusia muncul setelah Macron menolak mengesampingkan penempatan tentara Eropa pada kelompok tersebut dalam perang. Para pemimpin Barat lainnya menjauhkan diri dari komentar tersebut, meskipun komentar tersebut disambut baik oleh beberapa negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Eropa Timur.
Prancis menanggapi ancaman tersebut dengan meminta Kremlin menghindari provokasi yang tidak bertanggung jawab.
Semengtara itu, Putin menepis kritik Amerika Serikat (AS) dan Barat terhadap pemilu tersebut, yang menurut Gedung Putih tidak bebas dan adil, dan mengatakan pemilu AS tidak demokratis dan mengkritik penggunaan kekuasaan negara terhadap Donald Trump.
“Seluruh dunia menertawakan apa yang terjadi di sana,” kata Putin tentang Amerika Serikat. “Ini hanyalah sebuah bencana, ini bukan demokrasi, apa sebenarnya itu?,” ujarnya.
(Susi Susanti)