JAKARTA - Program makan siang gratis yang digadang-gadang bakal diterapkan untuk anak-anak sekolah. Namun, sejatinya ibu hamil dan balita juga membutuhkan dukungan gizi yang baik untuk mencegah stunting.
Hal tersebut diperlukan dalam membentuk masa depan anak yang lebih sehat bagi generasi mendatang. Sehingga, bukan hanya sekadar tentang meningkatkan gizi.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Hasto Wardoyo, menyarankan program makan siang gratis juga menyasar ibu hamil untuk menurunkan risiko stunting.
Misalnya, dengan memberikan paket yang lebih baik termasuk susu dan vitamin. Orangtua juga disarankan untuk memberikan makanan yang mengandung protein hewani pada bayi dan anak untuk efektivitas pencegahan stunting.
"Untuk stunting saya berharap ada modifikasi, jadi programnya termasuk di dalam makan siang gratis, tetapi untuk ibu hamil diberi paket lebih baik, misalnya dikasih susu, vitamin," katanya dalam keterangannya, dikutip Sabtu (6/4/2024).
Setidaknya ada tiga komponen nutrisi pada anak usia 6-12 bulan yang perlu dipenuhi orangtua, yakni karbohidrat, protein hewani, dan lemak agar anak tumbuh dengan gizi seimbang.
Adapun anak 6-12 bulan memerlukan sumber karbohidrat, sumber protein hewani, kemudian sumber makanan lain yang mengandung lemak.
Nutrisi tersebut harus dilengkapi dalam menu makanan pendamping ASI atau MPASI mengingat komponen karbohidrat, protein hewani, dan lemak mulai berkurang pada ASI ketika anak sudah mulai menginjak usia 6 bulan.
Konsumsi makanan bergizi seperti susu terbukti berhubungan dengan peningkatan prestasi akademik dan perilaku anak-anak, berdasarkan International Dairy Federation (IDF).
Berbagai negara telah berhasil menjalankan program pemberian susu gratis dan mencatat peningkatan kesehatan anak-anak, termasuk dalam upaya pencegahan stunting.
Menurut laporan dari Global Child Nutrition Foundation (GCNF) berjudul School Meal Programs Around the World: Results from the 2021 Global Survey of School Meal Programs, dari 139 negara yang disurvei, mayoritas atau 125 di antaranya memiliki program pemberian makanan berskala besar di sekolah dasar dan menengah.
Sekira 330,3 juta anak menerima makanan sekolah mulai 2020. Persentase dari seluruh usia anak sekolah dasar dan menengah yang menerima program tersebut yakni, 27 persen.
Data dari World Food Program pada 2022 juga menunjukkan peningkatan jumlah anak yang menerima manfaat dari program makanan di sekolah, meskipun masih ada disparitas dalam cakupan program ini antara negara berpendapatan tinggi, menengah, dan rendah.
Namun, pencegahan stunting tidak hanya terbatas pada program nutrisi untuk anak usia sekolah, tetapi juga pada upaya yang dilakukan pada awal masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Fokus pencegahan stunting pada masa ini adalah pada pendampingan untuk ibu hamil dan bayi, serta pemberian dukungan nutrisi yang tepat.
Kemudian, data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022 menunjukkan, angka stunting di Indonesia masih tinggi, mencapai 21,6%, dengan target untuk mencapai prevalensi stunting sebesar 14% di tahun 2024.
Pencegahan stunting dimulai sejak masa kehamilan dengan memastikan ibu hamil mendapatkan asupan nutrisi yang mencukupi. Asupan nutrisi yang diperlukan termasuk makronutrien seperti karbohidrat, lemak, dan protein, serta vitamin dan mineral seperti zat besi, asam folat, kolin, magnesium, yodium, zinc, vitamin A, vitamin B, dan vitamin D.
(Arief Setyadi )