Demonstrasi pro-Palestina juga terjadi di kampus-kampus ternama lain di seluruh Amerika Serikat, termasuk di University of Texas at Austin dan University of Southern California.
Lebih dari 200 orang yang memprotes perang ditangkap pada Rabu dan Kamis dini hari di berbagai universitas di Los Angeles, Boston dan Austin, Texas. Sekitar 2.000 orang berkumpul kembali hari Kamis.
Polisi antihuru-hara di negara bagian Georgia menggunakan bahan kimia penyebab iritasi dan taser untuk membubarkan protes di Emory University, Atlanta.
Berbagai foto menunjukkan polisi menggunakan taser sewaktu mereka bergulat dengan pengunjuk rasa di halaman rumput yang terawat rapi.
Departemen Polisi Atlanta mengatakan para petugas yang menanggapi permintaan bantuan dari universitas “dihadapkan pada kekerasan” dan menggunakan “bahan kimia penyebab iritasi” untuk menanggapinya.
Protes yang menyebar itu bermula di Columbia University, yang masih menjadi pusat gerakan protes mahasiswa.
Kebebasan berbicara
Protes tersebut menjadi tantangan besar bagi pengelola universitas yang berusaha menyeimbangkan komitmen kampus terhadap kebebasan berekspresi dengan keluhan bahwa unjuk rasa itu telah melewati batas.
Para pendukung pro-Israel dan lainnya yang khawatir mengenai keselamatan kampus menunjuk pada berbagai insiden anti-Semitisme dan menuduh bahwa kampus mendorong intimidasi dan ujaran kebencian.
“Saya tidak pernah merasa setakut ini sebagai Yahudi di Amerika seperti sekarang,” kata Skyler Sieradsky, mahasiswa filsafat dan ilmu politik berusia 21 tahun di George Washington University.
“Ada mahasiswa dan dosen yang mendukung pesan-pesan kebencian, dan mendukung pesan yang menyerukan kekerasan.”
Para pengunjuk rasa, yang mencakup sejumlah mahasiswa Yahudi, telah menolak anti-Semistisme dan mengkritik para pejabat yang menyamakan itu dengan tentangan terhadap Israel.
“Orang-orang di sini yang mendukung rakyat Palestina berasal dari berbagai latar belakang .. (didorong oleh) perasaan keadilan mereka secara umum,” kata Josh (33) kepada AFP, mahasiswa pascasarjana berusia 33 tahun di University of Texas, Austin. Ia mengaku sebagai seorang Yahudi.
(Erha Aprili Ramadhoni)