NEW YORK - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak pengunjuk rasa pro-Palestina di kampus-kampus untuk menegakkan supremasi hukum.
“Kita adalah masyarakat sipil, dan ketertiban harus ditegakkan,” kata Biden dari Gedung Putih, dalam pidato langsung pertamanya tentang gelombang kerusuhan mahasiswa, dikutip BBC.
“Para demonstran secara langsung mengganggu proses pengajaran dengan menghalangi jalan siswa menuju ruang kelas,” lanjutnya. Biden mengatakan Bentrokan mereka dengan demonstran tandingan pro-Israel menyebabkan terlalu banyak mahasiswa dalam bahaya.
"Kami bukan negara otoriter yang membungkam orang atau membungkam perbedaan pendapat.Tapi kami juga bukan negara tanpa hukum,” lanjutnya.
“Ada hak untuk melakukan protes tetapi tidak ada hak untuk menimbulkan kekacauan. Masyarakat berhak mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan gelar, hak untuk berjalan melintasi kampus dengan aman tanpa takut diserang,” ujarnya.
Polisi telah menahan lebih dari 2.000 orang di seluruh negeri dalam dua minggu terakhir di demonstrasi kampus dan kamp protes.
Itu termasuk 209 penangkapan pada Kamis (2/5/2024) pagi di Universitas California, Los Angeles (UCLA).
Ratusan petugas anti huru hara bergerak ke kampus utama UCLA sebelum fajar dan membersihkan perkemahan pro-Palestina.
Mereka melancarkan ledakan dan suar, memasukkan para demonstran ke dalam bus polisi, dan merobohkan penghalang sementara dan tenda-tenda yang telah didirikan di kampus seminggu yang lalu.
Dalam sebuah pernyataan, UCLA menyebut perkemahan tersebut melanggar hukum dan merupakan pelanggaran kebijakan. “Hal ini menyebabkan kondisi yang tidak aman di kampus kami dan merusak kemampuan kami untuk menjalankan misi kami,” bunyi pernyataan itu.
Sementara itu, Gerakan Nasional Tanpa Komitmen, sekelompok pemilih Arab-Amerika yang menentang kampanye terpilihnya kembali Biden tahun ini, menuduhnya “mencoreng” pengunjuk rasa anti-perang.
“Jelas Biden tidak mendengarkan generasi muda di seluruh negeri, atau lebih dari setengah juta pemilih yang tidak berkomitmen yang memintanya untuk mengubah haluan. Kami berharap dia mendengarkan kami sebelum terlambat,” kata pemimpin Abbas Alawieh.
(Susi Susanti)