KURSI gubernur DKI Jakarta diisi oleh beberapa tokoh yang berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari politisi, nonpartai, hingga militer. Dan Pemprov DKI Jakarta beberapa kali dipimpin gubernur dengan latar belakang militer.
Berikut sederet gubernur DKI Jakarta yang berlatar belakang militer:
1. Soerjadi Soedirdja
Letnan Jenderal (Purn) Soerjadi Soedirdja menjabat sebagi Gubernur DKI Jakarta pada 1992 hingga 1997. Lulusan Akademi Militer 1962 ini pernah bertugas Kasdam IV Diponegoro Jawa Tengah dari tahun 1986 hingga 1988. Setelah itu, dia dipercaya menjadi Pangdam Jaya hingga 1990. Terakhir, Soerjadi ditugaskan menjadi Asisten Sospol ABRI sampai 1992.
Saat terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, Soerjadi membuat berbagai kebijakan yang masih dapat dirasakan hingga saat ini, seperti pembangunan rumah susun, memperbanyak kawasan hijau, serta membangun jejaring jalan tol dalam kota dan luar kota. Dia juga pernah berinisiasi untuk menjalankan proyek kereta api bawah tanah yang sayangnya tidak terwujud dan baru terealisasikan di masa jabatan Gubernur Anies Baswedan.
2. Sutiyoso
Letnan Jenderal (Purn) TNI Sutiyoso adalah purnawirawan jenderal bintang tiga yang pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta selama dua periode, yaitu dari tahun 1997 hingga 2007.
Selama berkiprah di militer, Sutiyoso pernah menjabat sebagai Asisten Personel, Asisten Operasi, dan Wakil Komandan Jenderal Kopassus pada 1988 hingga 1992. Pada tahun 1994, dia terpilih sebagai komandan resimen terbaik ketika menjabat sebagai Kepala Staf Kodam Jaya.
Sebagai Gubernur DKI, Sutiyoso dikenal sebagai sosok yang kontroversial. Dia kerap membuat kebijakan polemik, seperti peluncuran bus TransJakarta yang sempat ditentang beberapa pihak karena mengurangi jalur jalan. Pada 2007, Sutiyoso mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 5 Tahun 2007 tentang peniadaan semua ternak unggas di permukiman. Oleh karenanya, tercatat ada lebih dari 100.000 unggas di permukiman dimusnahkan hingga 31 Januari 2007.
3. Soeprapto
Raden Soeprapto merupakan Gubernur DKI Jakarta periode 1982 sampai 1987. Ia juga berasal dari kalangan militer. Selama berkarier di ranah militer, Soeprapto pernah menjabat sebagai Komandan Pasukan Infanteri, Wakil Komandan Batalyon, hingga Pangdam XVII Udayana.
Konsep yang digunakan Soeprapto saat menjabat Gubernur DKI adalah stabilitas, keamanan, dan ketertiban. Dia juga dikenal dengan Master Plan DKI Jakarta untuk periode 1985-2005, yang kini dikenal dengan Rencana Umum Tata Ruang dan Rencana Bagian Wilayah Kota. Salah satu upaya Soeprapto yang paling terkenal adalah gagasannya mengenai rencana pembangunan Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Kawasan Cengkareng, Jakarta Barat (kini masuk kawasan Tangerang).
4. Tjokropranolo
Saat berkiprah di dunia militer, Tjokropranolo pernah bertugas sebagai pengawal pribadi Jenderal Soedirman. Dia turut bergerilya bersama Soedirman untuk memperjuangkan kemerdekaan. Tidak hanya di medan perang, Tjokropranolo juga bertugas di balik layar, seperti menjadi kepala intelijen dalam berbagai konflik dan sekretaris militer untuk presiden.
Selain itu, dia juga pernah bekerja menjadi asisten Gubernur Ali Sadikin selama satu tahun. Barulah pada Juli 1977, Tjokropranolo secara resmi dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Selama masa jabatannya, pria kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, 21 Mei 1924 ini fokus pada permasalahan kemiskinan warganya. Dia mengalokasikan ratusan tempat untuk para pedagang kecil dan sering mengunjungi berbagai pabrik untuk mengecek kesejahteraan buruh. Pada 29 Agustus 1977, dia meresmikan kembali kereta api Jabodetabek yang hampir 20 tahun tidak beroperasi di Jakarta. Sebanyak 24 kereta rel diesel (KRD) dan 20 kereta rel listrik (KRL) beroperasi setiap harinya dengan tarif Rp50 per orang saat itu.
5. Ali Sadikin
Ali Sadikin menjadi gubernur ke-7 DKI Jakarta. Dilantik oleh Presiden Soekarno pada 28 April 1966, Ali Sadikin memimpin DKI Jakarta hingga tahun 1972. Semasa menjabat, Ali Sadikin yang dikenal dengan sapaan Bang Ali ini melakukan banyak perubahan pada wajah Ibu Kota. Pembangunan Kebun Binatang Ragunan, Taman Ismail Marzuki, Taman Ria Monas, dan pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet merupakan beberapa di antara proyek Bang Ali. Seiring dengan pembangunan, Ali Sadikin juga melahirkan berbagai kebijakan yang membawa Ibu Kota ke arah lebih baik.
Ali Sadikin berkiprah di dunia militer, sebelum dilantik sebagai Gubernur DKI. Sosok yang lahir pada 7 Juli 1926 ini aktif di Korps Komando TNI Angkatan Laut dan pernah menempati posisi sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut. Ia juga sempat menjadi Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja dan Menteri Koordinator Kompartemen Maritim (Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora).
6. Wiyogo Atmodarminto
Wiyogo Atmodarminto merupakan Gubernur DKI Jakarta yang menjabat dalam periode 1987 sampai 1992. Sebelum menjadi gubernur, Bang Wi, sapaan akrabnya, pernah berkiprah dalam dunia militer. Dia pernah menjabat sebagai Panglima Kowilhan II pada 1981-1983 dan Panglima Kostrad pada 1978-1980 dengan pangkat Letjen TNI. Selain itu, ia juga pernah terlibat dalam Serangan Umum 1 Maret 1949.
Pria kelahiran 22 November 1922 ini dikenal sebagai gubernur yang terbuka dan disiplin. Saat menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta, Bang Wi menerapkan konsep BMW yaitu Bersih, Manusiawi, dan Wibawa untuk mengatasi berbagai masalah di Ibu Kota. Ia getol melakukan program kerjanya, seperti pengoptimalan pengunaan tanah, perbaikan sanitasi, dan mengatasi persoalan transportasi umum. Salah satunya yang paling kontroversial adalah penghapusan becak dari jalanan Jakarta. Bang Wi menganggap becak sebagai penyebab kemacetan dan transportasi kuno. Para tukang becak ini dialihkan menjadi sopir angkot atau bus kota.
7. Soemarno Sosroatmodjo
Tahun 1960-1964, Soemarno Sosroatmodjo menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta. Di masa jabatannya ini, ia merangkap pula sebagai Menteri Dalam Negeri. Menjadi Gubernur DKI Jakarta saat itu, Soemarno harus bersiap menjadi tuan rumah ajang Asian Games 1962 yang digelar di Jakarta.
Seiring pembangunan berbagai fasilitas demi kelancaran pekan olahraga terbesar di Asia tersebut, Soemarno juga dihadapkan pada permasalahan kebutuhan tempat tinggal warga.
Untuk mengatasinya, Soemarno menggagas program rumah minimum yang menyasar masyarakat menengah ke bawah. Soemarno diangkat kembali sebagai Gubernur DKI Jakarta dengan masa jabatan 1965-1966.
Di bidang militer, Soemarno adalah seorang dokter yang kerap bertugas ke wilayah pelosok. Lelaki kelahiran Jember, 24 April 1911 ini pernah berdinas di Tanjung Selor, Kalimantan bagian utara, sebagai dokter pemerintah Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka, ia turut dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
(Khafid Mardiyansyah)