PERJANJIAN Internasional antara Portugis dan Pajajaran yang ditandatangani kala itu memang mengukir sejarah. Perjanjian itu menjadi perjanjian perdagangan Internasional yang diakui, tapi membuat Kerajaan Demak yang juga mulai berkembang sedikit was-was.
Pasalnya sang Raja Pajajaran, Surawisesa, naik tahta setahun setelah Sultan Trenggono di Kerajaan Demak. Perjanjian antara Portugal dan Pajajaran itu ibarat pisau tajam bermata dua yang ditodongkan ke bagian jantung bagi Demak.
Apabila Selat Malaka dikuasai oleh Portugis, dan Selat Sunda dikuasai oleh Pajajaran yang dibantu Portugis, nasib Demak yang tergantung pada perdagangan laut tentunya juga sama dengan dicekik.
"Padahal Demak baru saja keluar dari musibah sisa-sisa perebutan hak waris kekuasaan," demikian dikutip dari buku "Melacak Sejarah Pakuan Pajajaran dan Prabu Siliwangi".
Sultan Trenggono belum bisa melakukan tindakan apa pun. Tetapi kebetulan, di pihak Portugis pun ada masalah. Selain armada mereka mengalami dua kali gagal mendarat di Pelabuhan Kalapa karena badai laut, Alfonso d'Albouquerque pun meninggal dunia di Cuchin.