Hal ini membuat pada 1526 Demak dapat mengirimkan armada yang dipimpin oleh panglima, yaitu Fadhillah Khan, menantu Sunan Gunung Jati. Dia adalah orang Cirebon menyebut Fadhillah sebagai Wong Agung Sabrang atau Tubagus Pase, lantaran berasal dari Pasai, yang pada tahun 1521 direbut oleh Portugis.
Fadhillah adalah suami Ratu Ayu, anak perempuan Sunan Gunung Jati, janda Pangeran Sabrang Lor. Selain itu, Fadhillah menikah dengan Ratu Nyawa, anak perempuan Sultan Al-Fatah atau Raden Patah (Demak), janda dari Bratakelana (anak laki-laki Sunan Gunung Jati). Fadhillah meninggal pada 1570, sedangkan Sunan Gunung Jati pada 1568.
Kerajaan Demak dan Cirebon kala itu mencoba merebut wilayah Banten. Apalagi saat itu anak perempuan Sunan Gunung Jati dari Kawungaten, konon dinobatkan sebagai Bupati Banten. Barulah pada tahun 1527, Banten mengambil alih Pelabuhan Kelapa. Jadi, bukan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah yang mengambil Kalapa, melainkan Fadhillah, menantunya.
(Awaludin)