MOSKOW - Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan Rusia akan mengakhiri perang di Ukraina hanya jika Kyiv setuju untuk membatalkan ambisi NATO dan menyerahkan keseluruhan empat provinsi yang diklaim oleh Moskow, pada Jumat (14/6/2024). Namun, dengan cepat Kyiv menolak tuntutan tersebut karena sama saja dengan menyerah.
Melansir Reuters, Sabtu (15/6/2024), menjelang konferensi KTT di Swiss yang tidak dihadiri Rusia, Putin menetapkan kondisi maksimal yang bertentangan dengan persyaratan yang diminta Ukraina.
Ia menegaskan kembali tuntutannya terhadap demiliterisasi Ukraina, yang tidak berubah sejak ia mengirim pasukannya pada 24 Februari 2022. Ia mengatakan diakhirinya sanksi Barat juga harus menjadi bagian dari perjanjian damai.
Dia juga mengulangi seruannya untuk melakukan “denazifikasi” di Ukraina, berdasarkan apa yang disebut Kyiv sebagai penghinaan terhadap kepemimpinan Ukraina.
Ukraina mengatakan kondisi tersebut tidak masuk akal.
"Dia menawarkan kepada Ukraina untuk mengakui kekalahan. Dia menawarkan kepada Ukraina untuk secara hukum menyerahkan wilayahnya kepada Rusia. Dia menawarkan kepada Ukraina untuk menyerahkan kedaulatan geopolitiknya," kata penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak kepada Reuters.
Presiden Volodymyr Zelenskiy mengatakan kepada saluran berita Italia SkyTG24, komentar Putin merupakan sebuah ultimatum, yang secara hati-hati akan muncul tepat sebelum KTT Swiss.
“Jelas dia (Putin) memahami bahwa akan ada pertemuan puncak perdamaian. Jelas dia memahami mayoritas orang di dunia berada di pihak Ukraina, di pihak kehidupan,” katanya.
“Dan pada malam sebelum KTT, di tengah sirene serangan udara, pembunuhan terhadap orang-orang dan serangan rudal, dia berbicara seolah-olah dia mengeluarkan semacam ultimatum,” katanya.