Protes di Kenya biasanya diserukan oleh para pemimpin politik yang bersedia melakukan negosiasi penyelesaian dan pengaturan pembagian kekuasaan, namun generasi muda Kenya yang ikut serta dalam demonstrasi saat ini tidak memiliki pemimpin resmi dan semakin berani dalam menyampaikan tuntutan mereka.
Meskipun para pengunjuk rasa awalnya fokus pada RUU Keuangan, tuntutan mereka kini meluas hingga menuntut pengunduran diri Ruto.
Pihak oposisi menolak untuk berpartisipasi dalam pemungutan suara di parlemen, meneriakkan “tolak, tolak” ketika DPR membahas hal-hal tersebut satu per satu. RUU tersebut kemudian akan dilakukan pemungutan suara ketiga dan terakhir secara aklamasi di lantai rumah.
Kementerian Keuangan mengatakan amandemen tersebut akan menghilangkan kekurangan 200 miliar shilling Kenya (USD1,56 miliar) dalam anggaran tahun 2024/2025, dan memaksa pemerintah untuk melakukan pemotongan belanja atau menaikkan pajak di negara lain.
“Mereka menganggarkan dana untuk korupsi,” kata pengunjuk rasa Hussein Ali, 18 tahun.
“Kami tidak akan menyerah. Pemerintahlah yang akan mundur. Bukan kita,” ujarnya.
(Susi Susanti)