Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Orangtua di Korsel Memilih Dikurung di Sel, Ada Apa?

Erha Aprili Ramadhoni , Jurnalis-Sabtu, 29 Juni 2024 |16:22 WIB
Orangtua di Korsel Memilih Dikurung di Sel, Ada Apa?
Orangtua di Korsel memilih dikurung di sel, ada apa? (BBC)
A
A
A

Di Jepang, gelombang pertama hikikomori pada tahun 1990-an telah menyebabkan demografi masyarakat paruh baya bergantung pada orang tua mereka yang lanjut usia.

Upaya untuk menghidupi anak-anak yang sudah dewasa hanya dengan uang pensiun telah menyebabkan beberapa orang lanjut usia jatuh ke dalam kemiskinan dan depresi.

Prof Jeong Go-woon, dari Departemen Sosiologi Universitas Kyung Hee, mengatakan ekspektasi masyarakat Korea terhadap pencapaian besar yang harus dicapai pada periode yang ditentukan semakin memperkuat kecemasan kaum muda – terutama pada saat stagnasi ekonomi dan minimnya lapangan kerja.

Pandangan prestasi seorang anak adalah keberhasilan orang tua turut menyebabkan seluruh keluarga tenggelam dalam isolasi.

Banyak orang tua menganggap kesulitan yang dihadapi anak mereka sebagai kegagalan dalam mendidik, sehingga menimbulkan rasa bersalah.

“Di Korea, orang tua sering kali mengungkapkan cinta dan perasaan mereka melalui tindakan dan peran praktis dibandingkan ekspresi verbal,” kata Prof Jeong.

“Orang tua membiayai biaya sekolah anak-anak mereka melalui kerja keras adalah contoh khas budaya Konfusianisme yang menekankan tanggung jawab.”

Beberapa orang tua mengatakan mereka mulai memahami anak-anak mereka yang terisolasi dengan lebih baik sejak mengikuti program ini

Direktur Blue Whale Recovery Center, Kim Ok-ran, mengatakan pandangan bahwa isolasi mandiri terhadap generasi muda adalah "masalah keluarga" membuat banyak orang tua juga akhirnya memutus hubungan dengan orang-orang di sekitar mereka.

Ada pula yang begitu takut dihakimi sehingga tidak bisa berbicara dengan keluarga dekat mengenai situasi mereka.

“Mereka tidak bisa mengungkapkan masalah ini secara terbuka, sehingga menyebabkan orang tuanya menjadi terisolasi,” kata Kim.

“Seringkali, mereka berhenti menghadiri pertemuan keluarga selama liburan.”

Memperhatikan

Para orang tua yang datang ke Happiness Factory untuk meminta bantuan masih menantikan hari Ketika anak-anak mereka dapat melanjutkan kehidupan normal.

Ketika ditanya apa yang akan dia katakan kepada putranya jika dia keluar dari isolasi, mata Jin berkaca-kaca.

“Kamu telah melalui begitu banyak hal,” katanya dengan suara bergetar.

“Itu sulit, bukan?

"Saya akan memperhatikanmu."

Jika Anda mengalami atau terdampak masalah yang dibahas dalam artikel ini, silakan hubungi psikolog, psikiater atau dokter kesehatan jiwa di Puskesmas atau rumah sakit terdekat.

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement