Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Momen Gajah Mada Bingung Tunjuk Raja Bali, Akhirnya Pilih Anak Pendeta Brahma untuk Memimpin

Avirista Midaada , Jurnalis-Jum'at, 05 Juli 2024 |05:38 WIB
Momen Gajah Mada Bingung Tunjuk Raja Bali, Akhirnya Pilih Anak Pendeta Brahma untuk Memimpin
Ilustrasi (Foto: Dok. Okezone)
A
A
A

Ekspansi wilayah dilakukan Gajah Mada Mahapatih Majapahit mulai membuahkan hasil. Satu wilayah yakni Pulau Bali berhasil ditaklukkan pertama.

Tetapi persoalan baru muncul ketika wilayah Bali takluk dan siapa yang akan memimpinnya di bawah komando Negeri Majapahit.

Sedianya Gajah Mada akan menempatkan bangsawan - bangsawan baru di sana. Memang sifat mereka sangat efisien dan jujur dalam bekerja, namun sayangnya gaya mereka masih terlalu Jawa untuk bisa meraih dukungan besar dari rakyat setempat.

Alhasil Gajah Mada sempat ada keraguan dalam mengambil keputusan. Sang Mahapatih Majapahit itu pun akhirnya mengangkat raja bawahan baru di Bali yang didukung oleh gabungan pejabat pemerintahan Majapahit dan Bali.

Dikutip dari Earl Drake pada bukunya "Gayatri Rajapatni : Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit", Gajah Mada akhirnya memilih Ketut Kresna Kapisan sebagai raja bawahan pertama Majapahit di Bali. Sosoknya merupakan putra bungsu yang bijaksana dari seorang pendeta brahma yang sangat dihormati Gajah Mada.

Ia adalah pilihan tepat untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap Majapahit seraya memukau warga Bali, dengan tradisi turun - temurun penghormatan pada orang-orang suci.

Ketika menjalankan tugas-tugasnya sang penguasa baru sedikit sekali mengandalkan para pejabat setia yang diboyong dari Jawa, dan semakin lama semakin mengandalkan pada dua klan Bali setempat yang masih memiliki darah biru Raja Airlangga.

Klan - klan ini diberi tugas - tugas sensitif yang terkait dengan sistem kuil dan tatanan desa, melalui dewan tradisional "rumah panjang" yang terdiri dari laki-laki desa yang sudah menikah.

Tak heran jika kemegahan dan tampilan Majapahit dapat dengan mulus berpadu dengan adat-istiadat Bali. Babad sejarah Bali pun direvisi untuk nenjelaskan bagaimana para bangsawan, pangeran, pendeta, pejabat,, dan seniman terhubung dengan kebesaran imperium yang tengah mekar itu.

Pada pendirian keraton dan istananya di Samprangan, arsitektur bangunannya memasukkan unsur-unsur Jawa dan Hindu. Namun pernak-pernik dan emblemnya, termasuk keris Ganja Dungkul yang sakral itu, tetap dirancang untuk menciptakan dan memelihara tatanan imperium yang berkiblat pada pusat dunia, yakni Majapahit.

(Khafid Mardiyansyah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement