Alun-alun Empang sekarang pernah menjadi ranamandala atau medan pertempuran,mempertaruhkan sisa-sisa kebesaran Siliwangi yang diwariskan kepada cucunya. Penyerang tidak berhasil menembus pertahanan kota, tetapi dua orang senapati Pajajaran mati yaitu Tohaan Ratu Sangiang dan Tohaan Sarendet.
Gagal merebut benteng kota, pasukan penyerbu ini dengan cepat bergerak ke utara dan menghancurkan pusat - pusat keagamaan di Sumedang, Ciranjang dan Jayagiri yang dalam zaman Sri Baduga merupakan desa kawikuan yang dilindungi oleh negara.
Sikap Ratu Dewata yang alim dan rajin bertapa, menurut norma kehidupan zaman itu tidak tepat. Sebab tapa seorang raja adalah memerintah dengan baik. Tapa-brata seperti yang dilakukannya itu hanya boleh dilakukan setelah ia turun tahta dan menempuh kehidupan manurajasuniya seperti yang telah dilakukan oleh Wastu Kancana.
(Salman Mardira)