Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kesaksian Aep dan Dede di Kasus Vina Cirebon Diduga Palsu, Ini Kata Psikolog Forensik

Irfan Ma'ruf , Jurnalis-Minggu, 14 Juli 2024 |23:36 WIB
Kesaksian Aep dan Dede di Kasus Vina Cirebon Diduga Palsu, Ini Kata Psikolog Forensik
Aep, salah satu saksi kasus pembunuhan Vina dan Eki di Cirebon (Foto: Dok Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel meminta penyidik Polri mendalami pernyataan Aep dan Dede, dua saksi kasus pembunuhan Vina Dewi Arsita dan Muhammad Rizky alias Eky di Cirebon, Jawa Barat (Jabar). Keduanya telah dilaporkan ke Bareskrim Polri atas kasus memberikan keterangan palsu dalam pembunuhan yang terjadi 2016 silam itu.

"Aep dan Dede perlu dikorek agar memberikan informasi yang berkualitas. Dari sisi psikologi forensik, dalam setting interogasi, informasi yang berkualitas harus lengkap dan akurat," kata Reza saat dikonfirmasi, Minggu (14/7/2024).

Reza mengatakan, psikologi forensik sudah sampai pada kesimpulan bahwa barang yang paling potensial merusak proses penegakan hukum dan pengungkapan kebenaran adalah pengakuan. Sebab, pengakuan rentan mengalami distorsi dan fragmentasi.

"Polisi tetap harus memastikan apakah Aep dan Dede memberikan pengakuan yang sebenarnya atau pengakuan palsu false confession (FC). Jangan taken for granted bahwa mereka berdua sudah jujur sejujur-jujurnya," ujar Reza.

Salah satu jenis FC ialah voluntary FC. Ia mengungkapkan, bahwa menyebut orang yang memberikan pengakuan palsu seperti itu bisa dilatarbelakangi oleh keinginan menutup-nutupi kesalahan atau pelaku lain.

"Ada pula tipe coerced false confession. Keterangan palsu diberikan karena tekanan pihak eksternal, baik berupa iming-iming maupun intimidasi," ungkapnya.

Reza mengatakan, kemampuan polisi secara global dalam mengungkap kasus pembunuhan mengalami penurunan. Padahal, kata dia, teknologi investigasi semakin canggih.

Sedangkan dalam kasus Vina Cirebon, dia melihat para pelaku bukan sindikat kriminal. Reza memandang ada kesembronoan sistemik yang bersisian dengan solidaritas membabi buta pada diri para penyidik, sehingga abai terhadap kaidah investigasi saintifik.

"Jadi, kita mau bilang apa? Pelaku memang cerdas, atau pada dasarnya kemampuan investigasi polisi yang perlu di-upgrade?," tuturnya.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement