Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Curah Hujan di Jakarta Meningkat Akhir Juli dan Agustus 2024, Waspada Banjir!

Ari Sandita Murti , Jurnalis-Minggu, 21 Juli 2024 |15:37 WIB
Curah Hujan di Jakarta Meningkat Akhir Juli dan Agustus 2024, Waspada Banjir!
Curah hujan diprakirakan meningkat pada akhir Juli dan Agustus 2024. (Ilustrasi/Antara)
A
A
A

JAKARTA - Warga Jakarta diminta waspada adanya potensi banjir pada akhir Juli hingga Agustus 2024. Pasalnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi curah hujan meningkat pada waktu tersebut.

"Ke depan akan mengalami peningkatan potensi hujan pada akhir Juli dan Agustus 2024," ujar Pengamat Meteorologi dan Geofisika BMKG, Nanda Alfuadi melalui keterangannya, Minggu (21/7/2024).

Menurutnya, dalam sepekan ke depan wilayah Jabodetabek masih relatif kering. Jakarta pun disebutkan masih musim kemarau lantaran jumlah curah hujan dalam satu dasarian atau 10 hari belum mencapai 50 milimeter dan diikuti oleh 2 dasarian berikutnya.

Meski begitu, kata dia, kemarau adalah kondisi di mana cuaca tanpa hujan yang lebih sering terjadi dibandingkan cuaca hujan. Apalagi, perubahan iklim juga mempengaruhi pola musim.

"Sehingga kemarau bukan berarti tidak ada hujan sama sekali," tuturnya.

Hal yang harus menjadi perhatian adalah karakteristik awan hujan di musim kemarau, yakni frekuensi pembentukan yang rendah, awan kumulus, dan pembentukan lokal. Hujan bersifat lokal yang terbentuk akibat pemanasan lokal yang intens bisa menimbukan hujan deras. Jika saat kejadian sudah berhari-hari tidak turun hujan, maka ada potensi hujan disertai petir dan angin kencang.

Dia mengungkap, fenomena hujan dengan intensitas tinggi pada awal Juli 2024 disebut sebagai anomali. Lantaran pada bulan Juli umumnya sudah memasuki puncak kemarau.

"Jakarta masih dikatakan masuk musim kemarau, karena jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) belum mencapai 50 milimeter dan diikuti oleh  dua  dasarian berikutnya. Awal Juli kemarin (2024) sudah memasuki puncaknya, tetapi justru hujan dengan intensitas tinggi," jelasnya.

Nanda memaparkan, anomali tersebut disebabkan sejumlah faktor, di antaranya embusan arah angin pada tanggal 6 Juli 2024 dominan dari arah utara menuju wilayah Jabodetabek. Angin hangat dari arah pesisir kemudian bertemu dengan angin dingin dari arah Bogor, Jawa Barat.

Dia menambahkan, awan hujan yang terbawa angin itu lantas tertahan menjadi di wilayah Jakarta Selatan, Depok dan Bogor. Sehingga, warga Jakarta pun harus mewaspadai perubahan cuaca saat ini.

"Curah hujan masuk kategori tinggi, sekitar 200 mm. Hujan lokal yang terjadi serentak di wilayah selatan Jakarta membuat volume sungai meningkat. Itu yang menyebabkan banjir di 30 wilayah DKI Jakarta, di mana 28 titik ada di Jakarta Selatan," katanya.

(Qur'anul Hidayat)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement