Berita wafatnya KH Hasyim Asy’ari membawa duka mendalam bagi kalangan pesantren, masyarakat Indonesia, dan tokoh-tokoh nasionalis. Kehilangan seorang ulama yang selama ini menjadi panutan dalam perjuangan kemerdekaan sangat dirasakan, terutama ketika perannya masih sangat dibutuhkan.
KH Hasyim Asy’ari dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Sebagai seorang ulama besar dengan puluhan karya kitab dan manuskrip, beliau sangat peduli dengan nasib bangsanya. Saat menuntut ilmu di Makkah, Arab Saudi, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari selalu memikirkan kondisi bangsa Indonesia yang masih dijajah.
Kegelisahan ini dibahas dalam sebuah pertemuan di Multazam dengan sahabat-sahabat dari Afrika, Asia, dan negara-negara Arab sebelum beliau kembali ke Indonesia.
Menurut Choirul Anam dalam Pertumbuhan dan Perkembangan NU (2010), pertemuan di bulan Ramadan tersebut berlangsung di Masjidil Haram, Makkah. Mereka sepakat untuk mengangkat sumpah di depan Multazam, dekat pintu Ka’bah, guna menanggapi kondisi negara masing-masing yang terjajah.
Kesepakatan ini berisi janji yang harus ditepati ketika mereka kembali ke negara asal. Janji tersebut mencakup tekad untuk berjuang di jalan Allah SWT demi menegakkan agama Islam serta berupaya menyatukan umat Islam dalam penyebaran dan pendalaman ilmu pengetahuan serta agama Islam.
(Arief Setyadi )