Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Melihat Nasib Tentara KNIL Usai Dibubarkan, Ada yang Sukses Ada Pula Nelangsa

Qur'anul Hidayat , Jurnalis-Jum'at, 26 Juli 2024 |05:08 WIB
Melihat Nasib Tentara KNIL Usai Dibubarkan, Ada yang Sukses Ada Pula Nelangsa
Tentara Hindia Belanda. (Foto: Ilustrasi/Wikipedia)
A
A
A

JAKARTA - Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) atau Tentara Hindia-Belanda, menjadi tameng bagi pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia. Padahal, pasukan tersebut mayoritas terdiri dari pribumi. Lantas, bagaimana nasib para kombatannya setelah KNIL dibubarkan pada 26 Juli 1950 setelah bertahan 120 tahun (sejak berdiri 1830)?

Berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), pihak republik yang baru lima tahun lahir diharuskan menerima para eks-KNIL ke berbagai satuan militer republik. Sisi lain positif dari dileburkannya KNIL ke Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah mereka datang beserta hibah sejumlah alutsista, macam Bren Carrier, tank ringan M3A3 Stuart, hingga tank berat M4A3 Sherman.

Para eks-KNIL sangat bermanfaat sebagai awak dan instruktur personel TNI lainnya untuk kemudian bisa belajar mengoperasikan sejumlah kendaraan tempur (ranpur). Warisan macam ini tak pelak jadi embrio lahirnya kesatuan kavaleri TNI.

Contoh lain buah manis dari warisan KNIL tak lain adalah pembentukan Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD. Meski digagas Kolonel (Anm) Slamet Rijadi, tapi cikal-bakal salah satu kesatuan elite terbaik di dunia ini dibidani seorang mantan elite KNIL dari Korps Speciale Troepen (KST), Kapten Rokus Bernardus Visser.

Jika anda awam dengan nama Visser, mungkin akan lebih familiar dengan nama Idjon Djanbi. Ketika Belanda terpaksa mengakui kedaulatan Republik Indonesia, Visser memutuskan tak kembali ke Belanda dan menjadi mualaf di Indonesia. Skill-nya mencetak banyak prajurit handal semasa bertugas di KST, dikagumi Kolonel Alex Evert Kawilarang yang meneruskan cita-cita Slamet Rijadi untuk membentuk pasukan elite.

Singkat kata, Idjon Djanbi lantas meleburkan diri ke TNI dengan pangkat Mayor, menyusun perangkat Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi (Kesko TT. III/Siliwangi) yang saat ini lebih dikenal sebagai satuan Kopassus TNI AD.

Dari KNIL pula, lahir sejumlah tokoh militer jempolan yang berpengaruh dalam jalannya sejarah republik, terutama di medan tempur pada masa revolusi. Selain para jebolan PETA (Pembela Tanah Air), para “alumnus” KNIL seperti Oerip Soemohardjo, Gatot Soebroto, juga Kawilarang, juga berasal dari didikan militer Belanda.

Tapi sayangnya tak sedikit yang menolak para eks-KNIL untuk dileburkan ke dalam APRIS, pasca-KNIL dibubarkan pada 1950. Sentimen anti-Belanda masih begitu melekat bagi para kombatan TNI yang berasal dari kelaskaran maupun PETA. Divisi III Siliwangi merupakan satu dari sedikit satuan APRIS yang mau menerima beberapa eks-KNIL.

“Tidak banyak juga yang menerima (eks-KNIL). Mungkin banyak dari (perwira) Siliwangi yang juga eks-KNIL, jadi beberapa ada yang menerima. Tapi (perwira) yang lulusan PETA dan lainnya masih ada unsur penolakan ,” ungkap penggiat sejarah revolusi Firman Hendriansyah kepada Okezone.

 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement