DHAKA – Perdana Menteri (PM) sementara Bangladesh yang baru dilantik Muhammad Yunus meminta kaum muda untuk membantunya membangun kembali negara Asia Selatan itu. Peraih Nobel Perdamaian itu dilantik menggantikan PM Sheikh Hasina yang dilengserkan dari pemerintahannya usai protes besar-besaran mahasiswa selama berminggu-minggu.
"Bangladesh bisa menjadi negara yang indah, tetapi kita telah menghancurkan kemungkinan-kemungkinannya," katanya.
"Sekarang kita harus membangun persemaian lagi, persemaian baru akan dibangun oleh mereka," tambahnya, sambil menunjuk ke arah para mahasiswa yang datang untuk menyambutnya.
Yunus bersumpah untuk menegakkan, mendukung, dan melindungi konstitusi. Pria berusia 84 tahun itu mengambil sumpah di istana presiden di Dhaka bersama lebih dari selusin anggota kabinet barunya. Dia berjanji akan melaksanakan tugasnya dengan tulus.
Prof Yunus memberi penghormatan kepada mereka yang meninggal, dengan mengatakan bahwa mereka telah melindungi bangsa dan memberinya kehidupan baru setelah pemerintahan PM Sheikh Hasina.
Hasina memulai pemerintahan itu sebagai simbol demokrasi, tetapi, saat ia melarikan diri, ia dianggap sebagai seorang otokrat yang berusaha memperkuat otoritasnya dengan membungkam perbedaan pendapat. Penjara dipenuhi orang-orang yang berusaha menentangnya.
Prof Yunus, yang dipuji karena mempelopori penggunaan pinjaman mikro, adalah salah satu dari mereka yang mengalami masalah hukum selama masa jabatan Hasina.
Hasina menganggapnya sebagai musuh publik, saat ini ia dibebaskan dengan jaminan, mengajukan banding atas hukuman penjara enam bulan atas apa yang disebutnya sebagai kasus bermotif politik.
Dia ditunjuk menjadi pemimpin sementara Bangladesh menyusul kekacauan selama berminggu-minggu.
Lebih dari 400 orang dilaporkan tewas setelah protes yang berusaha menghapuskan sistem kuota untuk pekerjaan pegawai negeri dimulai pada bulan Juli.
Sepertiga dari pekerjaan ini diperuntukkan bagi keluarga veteran dari perang kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan, yang terjadi pada tahun 1971. Para pegiat berpendapat bahwa sistem tersebut diskriminatif dan perlu dirombak.
Meskipun tuntutan ini sebagian besar dipenuhi setelah Mahkamah Agung mendukung tuntutan para mahasiswa dan sangat mengurangi skala sistem kuota, protes kemudian berubah menjadi gerakan antipemerintah yang lebih luas yang dipicu oleh tindakan keras.
Media dan demonstran Bangladesh menyalahkan polisi atas meningkatnya jumlah korban tewas. Para pejabat menyatakan bahwa petugas hanya pernah melepaskan tembakan untuk membela diri atau untuk melindungi properti negara. Para mahasiswa dan pendukung mereka telah berencana untuk berbaris menuju kediaman perdana menteri pada Senin (5/8/2024).
Namun sebelum pawai dapat berjalan dengan baik, tersiar kabar bahwa Hasina telah meninggalkan Bangladesh dan mengundurkan diri sebagai PM.Saat ini ia berada di Delhi.
(Susi Susanti)