Sebagai pemimpin pascaperang terlama kedelapan di negara itu, Kishida memimpin Jepang keluar dari pandemi Covid dengan pengeluaran stimulus besar-besaran. Tetapi kemudian menunjuk Kazuo Ueda, seorang akademisi yang bertugas mengakhiri stimulus moneter radikal pendahulunya, untuk mengepalai Bank Jepang (BOJ).
BOJ pada bulan Juli secara tak terduga menaikkan suku bunga karena inflasi meningkat, yang berkontribusi pada ketidakstabilan pasar saham dan membuat yen turun tajam.
Menurut Shoki Omori, Kepala Ahli strategi Jepang, Mizuho Securities, Tokyo, kepergian Kishida dapat berarti kondisi fiskal dan moneter yang lebih ketat tergantung pada kandidatnya.
"Singkatnya, aset berisiko, khususnya ekuitas, kemungkinan akan paling terpukul," ujarnya.
Dalam perubahan lain dari masa lalu, Kishida juga menghindari ekonomi trickle-down yang didorong oleh laba perusahaan demi kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga, termasuk kenaikan upah dan mempromosikan kepemilikan saham.
(Susi Susanti)