JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan, gempa Megathrust itu adalah gempa yang terjadi pada zona kontak antar lempeng Samudera Hindia dengan Benua Asia serta tumbukan dengan lempeng Samudera Pasifik dengan Benua Asia.
"Di zona kontak antar lempeng ini kita sebut sebagai zona Megathrust,” kata Dwikorita.
Dwikorita pun mengatakan, gempa Megathrust itu sendiri merupakan gempa-gempa yang ditimbulkan di zona-zona tunjaman lempeng tersebut biasanya di kedalaman lebih dari 50 km dari permukaan bumi.
“Gempa yang ditimbulkan di zona itu ada kedalaman kurang lebih biasanya pada kedalaman kurang lebih 50 km, dari permukaan bumi ini kita katakan sebagai gempa, gempa di zona Megathrust,” bebernya.
Selain itu, Dwikorita pun memastikan jika kekuatan gempa Megathrust ini sangat bervariasi. Kekuatan magnitudo gempa paling kecil yakni kurang dari 2 dan terbesar yang pernah terjadi salah satunya 9,2 yang terjadi di Banda Aceh dan menimbulkan tsunami.
Dwikorita pun mengatakan, yang membuat masyarakat harus waspada terhadap gempa Megathrust ini adalah yang sifatnya merusak.
“Biasanya kalau kekuatannya sampai 7, 8 ini kan katastropik, ini kalau di dasar laut tumbukan ini maka bisa membangkitkan tsunami apabila diakibatkan oleh gerak vertikal, patahannya, atau ada longsor bawah laut ini juga bisa menimbulkan tsunami,” bebernya.
Dampak yang Ditimbulkan Gempa Megathrust
Tsunami: Salah satu dampak paling mematikan dari gempa megathrust adalah tsunami. Gelombang tsunami yang dihasilkan dapat menjangkau pantai dalam hitungan menit hingga jam, menghancurkan wilayah pesisir dan menyebabkan kerusakan parah serta korban jiwa.
Perubahan Tanah: Gelombang guncangan yang kuat dapat menyebabkan tanah longsor, perubahan permukaan tanah, dan deformasi geologis lainnya yang berpotensi mengancam kehidupan dan kegiatan manusia.
Kerusakan Infrastruktur: Gempa megathrust dapat merobohkan bangunan, jembatan, dan infrastruktur penting lainnya. Kerusakan ini tidak hanya mengancam nyawa tetapi juga mengganggu sistem ekonomi dan sosial di daerah yang terkena.
Gempa Besar hingga Tsunami di Indonesia
1. Gempabumi dan Megatsunami Ambon
Gempa bumi Ambon terjadi pada 17 Februari tahun 1674 antara pukul 19.30 dan 20.00 waktu setempat di suatu tempat di Kepulauan Maluku. Tsunami yang dihasilkan mencapai ketinggian hingga 100 meter di Pulau Ambon dan menewaskan lebih dari 2.000 orang.
Tsunami ini adalah tsunami pertama di Indonesia yang terdokumentasi secara rinci. Tsunami ini juga merupakan tsunami terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah di Indonesia.
2. Gempa di Pulau Biak
Gempa bumi Biak terjadi pada 17 Februari pukul 14:59:30 local time di dekat Pulau Biak, Indonesia. Gempa ini berkekuatan momen 8,2 dan intensitas Mercalli VIII.
Tinggi tsunami yang ditimbulkan mencapai 7 meter (23 ft). 166 orang dilaporkan tewas, 423 orang luka-luka, dan 5.090 orang kehilangan tempat tinggal.
3. Gempa Aceh
Pada 26 Desember 2004, Aceh porak-poranda usai diguncang gempa berkekuatan 9,3 yang terjadi sekitar pukul 07.59 WIB selama 10 menit dan berpusat di Samudra Hindia. pada kedalaman sekitar 10 kilometer di dasar laut disusul gelombang laut dengan ketinggian hingga 30 meter dan kecepatan mencapai 100 meter per detik atau 360 kilometer per jam, dalam 30 menit terjangan gelombang tsunami yang meluluh-lantakkan sebagian wilayah pesisir Aceh.
Berdasarkan data PBB pada Januari 2005, korban meninggal mencapai 230.000 jiwa lebih, 500.000 orang kehilangan tempat tinggal, total nilai kerugian ditaksir menyentuh angka US$4,5 miliar kala itu, yang membuat PBB menyatakan bahwa tsunami Aceh merupakan salah satu bencana kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi.
Seluruh dunia hadir mengulurkan tangan membantu Aceh, proses rehabilitasi dan rekontrusksi berlangsung sejak 2005 hingga 2009 berhasil memulihkan kondisi Aceh. Rumah-rumah dan berbagai infrastruktur terbangun selama itu. Hal tersebut sangat disyukuri oleh seluruh masyarakat Aceh, dapat dilihat dari banyaknya monumen berbagai Bahasa di dunia berada di lapangan Blang Padang Kota Banda Aceh.
4. Gempa Palu dan Donggala
Pada 28 September 2018, pukul 18.02 WITA, gempa bermagnitudo 7,4 yang kemudian disusul dengan gelombang tsunami 5 meter menerjang Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Pusat gempa dilaporkan berada 26 km utara Donggala dan 80 km barat laut Kota Palu.
Berdasarkan data BNPB bahwa korban meninggal mencapai 2.045 orang, didapati paling banyak ada di Palu sebesar 1.636 orang dan disusul Sigi kemudian Parigi. Sementara itu, korban yang mengungsi sebanyak 82.775 orang, dan 8.731 orang pengungsi berada di luar Sulawesi.
Tercatat, ada 66.390 rumah rusak. Bencana alam ini merupakan salah satu yang terparah. Sebab, gempa bumi tersebut menyebabkan tsunami lima meter dan likuefaksi (pencairan tanah) yang membuat tanah berjalan menghancurkan rumah serta menelan ribuan korban.
(Awaludin)