Dikutip dari AP News, Stasiun televisi pemerintah berbahasa Inggris Press TV menayangkan segmen dengan seorang jurnalis berdiri di Jalan Mossadegh di Teheran utara. Namun, selama 20 tahun terakhir, polisi telah membatasi akses bagi mereka yang ingin mengunjungi makamnya di rumah leluhurnya di desa Ahmadabad, sekitar 90 kilometer (55 mil) di barat laut Teheran. Di desa tersebut, tembok tinggi dan gerbang terkunci menghalangi mereka yang ingin memberikan penghormatan, sementara petugas menginterogasi mereka yang tampaknya tidak tinggal di sana.
Sebagian orang menemukan cara lain untuk memperingati ulang tahun ke-70 kudeta.
“Saya tidak bisa pergi ke makamnya untuk memberi penghormatan, tetapi saya telah mengunjungi makam para pendukung dan sekutunya seperti Hossein Fatemi,” kata Ebrahim Nazeri, 32 tahun, saat ia, istri, dan dua anaknya berdiri di sisi makam Fatemi, menteri luar negeri Mossadegh yang dieksekusi setelah kudeta.
Pengunjung lain di makam Fatemi, guru Ehsan Rahmani hanya mengatakan bahwa AS menanamkan kebencian di hati rakyat Iran.
(Susi Susanti)