WASHINGTON - Serangan udara Israel terhadap konvoi bantuan yang membawa makanan dan bahan bakar ke rumah sakit Gaza menewaskan empat warga Palestina pada hari Kamis. Hal itu disampaikan kelompok bantuan yang berbasis di AS, Anera. Sementara Israel mengklaim mereka sebagai "penyerang bersenjata," yang dibantah oleh kelompok tersebut.
Melansir Reuters, Sabtu (31/8/2024), keempat warga Palestina tersebut berada di kendaraan terdepan konvoi bantuan Anera yang menuju Rumah Sakit Bulan Sabit Merah Emirat di Rafah di Gaza selatan, kata kelompok bantuan tersebut, dalam sebuah pernyataan pada Jumat.
Segera setelah konvoi meninggalkan persimpangan Kerem Shalom yang dikuasai Israel menuju Gaza, empat warga Palestina dari komunitas tersebut mengambil alih kendaraan terdepan.
"Dengan alasan kekhawatiran bahwa rute tersebut tidak aman dan berisiko dijarah," kata Anera.
"Pihak berwenang Israel menuduh bahwa mobil terdepan membawa banyak senjata. Setiap laporan awal dari mereka yang berada di tempat kejadian menunjukkan bahwa tidak ada senjata yang terlihat," kata organisasi tersebut.
Rencana yang disetujui dengan otoritas Israel mengharuskan adanya penjaga keamanan tak bersenjata dalam konvoi tersebut. Keempat orang tersebut belum diperiksa atau dikoordinasikan dengan otoritas Israel, tetapi konvoi tersebut tidak menganggap mereka sebagai ancaman, kata Anera.
Anera menyebutkan, tidak ada peringatan atau komunikasi sebelum serangan udara Israel. Tidak ada staf Anera yang terluka. Setelah keempat orang tersebut tewas, anggota konvoi lainnya mengirimkan bantuan, katanya.
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh beberapa media, Pasukan Pertahanan Israel mengatakan: "Sejumlah penyerang bersenjata menguasai kendaraan di depan konvoi dan mulai memimpinnya."
"Setelah pengambilalihan dan verifikasi lebih lanjut bahwa serangan yang tepat terhadap kendaraan penyerang bersenjata dapat dilakukan, serangan dilakukan," kata IDF.