Pihak berwenang juga telah melepaskan predator ikan nila blackchin, yakni ikan kerapu Asia dan ikan lele berkumis panjang untuk memburu mereka. Namun, mereka memerangi spesies yang bereproduksi dengan cepat yakni betina mampu menghasilkan 500 benih ikan sekaligus.
Jadi, pihak berwenang juga telah mengembangkan ikan nila blackchin yang dimodifikasi secara genetika yang akan menghasilkan keturunan yang mandul, berencana untuk melepaskannya paling cepat akhir tahun ini, dengan harapan dapat menghentikan populasi mereka dari ledakan lebih lanjut.
Namun, Nattacha mengatakan kepada BBC Thai bahwa pemerintah perlu berbuat lebih banyak lagi. "Siapa yang akan menang?" tanyanya. "Kita perlu orang-orang untuk mengikuti kasus ini dengan saksama, jika tidak, masalah ini akan tenang, dan kita akan mewariskan lingkungan seperti ini ke generasi berikutnya,” lanjutnya.
Thai News Pix Pemerintah Thailand telah menawarkan untuk membeli ikan nila blackchin untuk mendorong masyarakat menangkapnya
Jadi, bagaimana tepatnya ikan ini yang mudah dikenali berkat bintik-bintik hitam di dagu dan pipinya bisa ada di Thailand? Satu teori yang diteliti parlemen adalah bahwa sebuah eksperimen oleh raksasa makanan Charoen Pokphand Food (CPF) 14 tahun lalu telah menyebabkan penyebaran tersebut.
Perusahaan, yang memproduksi pakan ternak dan mengelola tambak udang dan ternak, mengimpor 2.000 ekor dari Ghana pada akhir tahun 2010. Dilaporkan bahwa semua ikan mati dan dikubur dengan benar. Menurut penyiar lokal Thai PBS, dua tahun kemudian, wabah ikan nila blackchin dilaporkan di Thailand, termasuk di area laboratorium CPF.
Namun CPF, cabang agribisnis dari salah satu konglomerat terbesar di Thailand, Charoen Pokphand Group (CP Group), telah menolak tuduhan tersebut.