Dengan delapan minggu tersisa sebelum pemilihan, debat ini menawarkan kesempatan langka bagi kedua kandidat untuk menyampaikan argumen mereka kepada pemirsa televisi dengan puluhan juta pemilih.
Para kandidat berselisih tentang imigrasi, kebijakan luar negeri, dan perawatan kesehatan. Namun pendekatan Harris yang tegas berhasil memusatkan perhatian pada Trump. Hal ini membuat sekutunya gembira dan beberapa anggota Partai Republik mengakui perjuangan keras Trump saat debat.
Trump mengulangi klaim palsunya bahwa kekalahannya dalam pemilihan umum 2020 disebabkan oleh penipuan. Dia menyebut Harris sebagai seorang "Marxis" dan secara keliru menyatakan bahwa para migran telah menyebabkan serangkaian kejahatan kekerasan.
Sebagai tanda kepercayaan diri terhadap hasil debat, tim kampanye Harris menantang Trump untuk putaran kedua pada Oktober mendatang.
(Susi Susanti)