JAKARTA - Komisi X DPR kembali menyoroti carut marutnya penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI di Aceh-Sumatera Utara (Sumut). Selain tak ada perbaikan dari masalah fasilitas, PON kali ini juga diwarnai dengan insiden pemukulan wasit sepakbola yang menuai kontroversi.
"Kami kecewa dengan penyelenggaraan PON kali ini. Banyaknya masalah di PON Aceh-Sumut merupakan sebuah kegagalan manajemen karena kurang maksimalnya persiapan dan pelaksanaan," ujar Anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pariera, dikutip Rabu (18/9/2024).
Seperti diketahui, kontroversi terjadi dalam pertandingan PON cabang sepakbola di mana wasit yang bertugas di laga Aceh melawan Sulawesi Tenggara dinilai berat sebelah. Eko Agus sebagai wasit dinilai menguntungkan Aceh sebagai tuan rumah.
Keputusan kontroversial wasit yang memberikan kartu merah untuk beberapa pemain Sulteng membuat pertandingan memanas. Puncaknya, pemain Sulteng, Muhammad Rizki Saputra, memukul wasit Eko setelah keputusan penalti diberikan untuk Aceh.
Andreas mengatakan, insiden pemukulan tersebut telah mencoreng dunia olahraga yang semestinya menjunjung sportivitas.
"Tindakan kekerasan tidak bisa dibenarkan apapun alasannya, perlu ada tindakan disiplin. Tapi di sisi lain, dugaan wasit yang berat sebelah ini juga harus diinvestigasi. Jangan sampai pertandingan olahraga akbar Indonesia tercoreng karena adanya kecurangan-kecurangan,” tegasnya.
Buntut kontroversi wasit yang dianggap berat sebelah ini, PSSI memutuskan mengganti wasit PON dengan wasit yang berlaga di Liga 1 dan Liga 2. PSSI juga akan memberikan sanksi tegas terkait aksi pemain yang melakukan kekerasan di laga Aceh Vs Sulteng.
“Kejadian ini sangat memalukan sekaligus menggambarkan perlunya reformasi dalam pemilihan wasit. Kita berharap keputusan penggantian wasit bisa membuat pertandingan menjadi lebih fair,” kata Andreas.
Selain itu, Komisi X DPR yang membidangi urusan olahraga juga meminta diadakannya penegakan aturan yang ketat dan konsisten di semua level kompetisi. Gunanya agar jika ada tindakan kekerasan oleh pemain, ofisial atau suporter, maka harus dikenai sanksi yang tegas.