Ketika Jenderal Soedirman menanyakan siapa yang akan menerbangkan pesawat, dijelaskan bahwa Atmo adalah pilotnya. Tanpa ragu, Soedirman meminta Atmo untuk menerbangkan pesawat itu lagi, menunjukkan kepercayaannya meskipun Atmo adalah mantan pilot Jepang.
“Siap Panglima Besar! Penerbang Atmo yang sudah mengujicobanya,” jawab Jenderal Mayor Imam Soeja’i dikutip dari buku ‘Sang Elang: Serangkai Kisah Perjuangan H AS Hanandjoeddin di Kancah Revolusi Kemerdekaan RI’ karya Haril M Andersen.
“Kalau begitu, saya minta Atmo untuk menerbangkannya lagi. Saya mau coba naik pesawat ini,” timpal Jenderal Soedirman.
Pesawat pun lepas landas dengan lancar, membawa Soedirman terbang. Selama penerbangan, ia meminta untuk melintasi Kota Banyuwangi, lalu terbang menuju Bali sebelum kembali ke Pangkalan Bugis. Setelah mendarat dengan mulus, ketegangan yang terasa di wajah para perwira yang menunggu di landasan segera sirna, melihat kepuasan dan kebahagiaan Jenderal Soedirman setelah keluar dari pesawat.
Momen ini bukan hanya mencerminkan keberanian Soedirman, tetapi juga semangatnya untuk memperkuat kekuatan udara TKR di tengah tantangan revolusi. Dengan percaya diri, ia menunjukkan bahwa kolaborasi antara pengalamannya dan keahlian pilot Jepang dapat membantu Indonesia memperkuat posisi angkatan bersenjata dalam meraih kemerdekaan yang telah diperjuangkan.
(Arief Setyadi )