Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kemarahan dan Kesedihan Menggelayuti Kota Lebanon Selatan Usai Serangan Israel Mematikan

Susi Susanti , Jurnalis-Minggu, 06 Oktober 2024 |10:41 WIB
Kemarahan dan Kesedihan Menggelayuti Kota Lebanon Selatan Usai Serangan Israel Mematikan
Warga Lebanon selatan menunjukkan kemarahan dan kesedihan atas serangan Israel yang mematikan (Foto: Goktay Koraltan)
A
A
A

Di rumah sakit, dokter tampak lelah dan kewalahan. Banyak yang tidak pulang karena terlalu berbahaya untuk bepergian.

Sebaliknya, mereka merawat pasien seperti Mariam yang berusia sembilan tahun, yang kaki kirinya digips, dan lengannya diperban dengan kuat. Dia terbaring tidur di tempat tidur di Rumah Sakit Hiram, rambut hitam membingkai wajahnya.

"Dia datang sebagai bagian dari keluarga yang beranggotakan sembilan orang," kata Dr. Salman Aidibi, CEO rumah sakit.

"Lima dari mereka juga dirawat. Kami mengoperasi Mariam, dan kondisinya jauh lebih baik. Kami berharap dapat memulangkannya hari ini. Sebagian besar korban diberi pertolongan pertama di sini dan distabilkan sebelum dikirim ke pusat-pusat lain, karena rumah sakit ini berada di garis depan,” lanjutnya.

Dia mengatakan rumah sakit tersebut menerima sekitar 30-35 wanita dan anak-anak yang terluka setiap harinya, dan hal itu berdampak buruk pada staf.

“Kita harus bersikap positif saat bekerja,” katanya.

“Saat kita berhenti dan merenungkan, ingatlah, saat itulah kita menjadi emosional,” ujarnya.

Ketika ditanya tentang apa yang mungkin terjadi, tanggapannya disertai desahan panjang. “Kita sedang berperang,” katanya. “Perang yang merusak di Lebanon. Kami berharap perdamaian, tetapi kami siap untuk semua kemungkinan,” lanjutnya.

Hassan Manna juga siap menghadapi yang terburuk. Ia tetap tinggal di Tyre saat perang semakin kuat. Dan ia tetap membuka usaha di kedai kopi kecil yang telah ia kelola selama 14 tahun terakhir. Penduduk setempat masih datang untuk mengobrol dan menenangkan diri dalam bentuk cangkir plastik kecil berisi kopi manis.

“Saya tidak akan meninggalkan negara saya,” kata Hassan kepada saya.

 “Saya tidak akan meninggalkan rumah saya. Saya akan tinggal di tempat saya, bersama anak-anak saya. Saya tidak takut pada mereka (orang Israel). Seluruh dunia turun ke jalan. Kami tidak ingin dipermalukan seperti itu. Biarkan aku mati di rumahku,” ungkapnya.

Lima tetangganya tewas di rumah mereka akibat serangan udara Israel akhir pekan lalu. Hassan melihat kejadian itu dan terlempar ke udara oleh dua rudal Israel yang datang.

 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement