Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Guru sebagai Pelopor untuk Lunturkan Prasangka dan Stigma Agama

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis-Minggu, 13 Oktober 2024 |17:03 WIB
Guru sebagai Pelopor untuk Lunturkan Prasangka dan Stigma Agama
Guru sebagai Pelopor untuk Lunturkan Stigma Agama (Foto: istimewa/Okezone)
A
A
A

Menurut Ishaq, masalah dalam hubungan lintas agama biasanya tidak terjadi di kalangan tokoh agama, tapi biasanya di tengah masyarakat karena pemahaman yang keliru. Keretakan dalam hidup bermasyarakat bisa terjadi jika salah satu pihak menganggap diri paling benar, sedangkan yang lain salah.

“Di kalangan tokoh agama sudah tidak ada masalah, tapi yang jadi masalah di kalangan masyarakat, anak-anak kita, bahkan ada ibu-ibu tidak mengizinkan anaknya bergaul dengan orang berbeda agama. Kenapa? Karena pemahaman yang ditanamkan itu menganggap diri paling benar, yang lain salah,” ujarnya.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI, Prof. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, mengatakan program LKLB yang dikembangkan Institut Leimena bersama sekitar 25 mitra lembaga keagamaan dan pendidikan, termasuk Universitas Muslim Indonesia, merupakan bentuk tanggung jawab masyarakat untuk merawat kebebasan beragama.

“Beragama di ruang publik Indonesia berarti beragama yang tetap memanifestasikan nilai-nilai etnoreligius, namun dalam koridor tertentu yang dibatasi oleh seperangkat supremasi hukum yang mengatur tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia,” kata Ruhaini yang juga Senior Fellow Institut Leimena.

Dalam workshop LKLB, para guru yang seluruhnya beragama Islam, mengadakan kunjungan ke dua gereja yaitu Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Bethania dan Gereja Katolik Kristus Raja. Para guru peserta workshop LKLB mayoritas baru pertama kali menginjakkan kaki di gereja. Di sana, mereka mendapatkan kesempatan untuk bertanya apa saja terkait agama Kristen dan Katolik.

"Tidak ada larangan bagi kami untuk berlaku baik dan adil kepada orang non-Muslim selama mereka tidak memerangi kami, sehingga pengalaman ini (mengunjungi gereja) menguatkan kami sebagai seorang Muslim untuk mengajarkan keberagaman kepada siswa kami, agar mencari titik temu untuk bekerja sama sekalipun berbeda agama," kata Guru SMPIT Al-Fityan School Gowa, Fadly Zainal. 

(Fakhrizal Fakhri )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement