Ketika DPR AS bersidang pada Februari 1825 untuk memilih seorang presiden, mereka hanya dapat mempertimbangkan Jackson, Adams, dan Crawford — tiga penerima suara elektoral teratas.
Clay, juru bicara majelis yang memutuskan pemilihan umum, memandang Adams sebagai orang yang paling sejalan dengan pandangan politiknya dan secara terbuka mendukungnya. Oleh karena itu, anggota DPR dari negara-negara bagian yang mendukung Clay sebagian besar beralih ke kubu Adams, yang memungkinkan Adams memenangkan 13 negara bagian yang ia butuhkan untuk mencapai kursi kepresidenan.
Namun, terlepas dari perkembangan zaman dan konteks politiknya yang tidak biasa, kasus berusia 200 tahun ini kemungkinan tidak bisa jadi preseden yang baik untuk Pilpres AS modern. Pertama, karena Amandemen ke-20, DPR yang baru terpilih akan memilih presiden, bukan Kongres yang lama yang telah menjalankan tugasnya pada 1825, yaitu pada saat Kongres baru mulai bekerja pada awal Maret, bukan pada tanggal 3 Januari.
(Rahman Asmardika)