Washington telah memberi tahu Qatar bahwa kehadiran Hamas di Doha tidak lagi dapat diterima dalam beberapa minggu sejak kelompok itu menolak usulan Oktober, kata seorang pejabat AS pada Jumat.
Qatar belum menetapkan batas waktu bagi kantor politik Hamas untuk tutup atau bagi para pemimpin Hamas untuk meninggalkan Qatar, kata pejabat yang diberi pengarahan tentang masalah tersebut.
Kementerian luar negeri Qatar mengatakan kantor Hamas telah menjadi saluran komunikasi antara pihak-pihak di Gaza dan mengatakan kantor tersebut telah berkontribusi pada gencatan senjata singkat dan pertukaran beberapa sandera setahun yang lalu.
Pejabat yang diberi pengarahan tentang masalah tersebut menunjuk pada episode sebelumnya pada bulan April ketika Qatar telah mempertimbangkan kembali kehadiran Hamas di negara itu, yang menyebabkan beberapa pejabat Hamas pergi ke Turki.
"Setelah dua minggu, pemerintahan Biden dan pemerintah Israel meminta Qatar untuk meminta mereka kembali," kata pejabat itu, seraya menambahkan bahwa Washington mengatakan negosiasi tidak efektif ketika para pemimpin Hamas berada di Turki.
Qatar, yang ditetapkan sebagai sekutu utama non-NATO oleh Washington, telah lama berupaya berperan sebagai penghubung antara kekuatan Barat dan musuh-musuh mereka di kawasan tersebut.
Negara tersebut menjadi tuan rumah pangkalan udara AS terbesar di Timur Tengah tetapi juga mengizinkan Hamas dan Taliban Afghanistan untuk mengoperasikan kantor-kantor di Doha. Negara itu juga membantu menegosiasikan pertukaran tahanan antara AS dan Iran tahun lalu.
Tidak jelas berapa banyak pejabat Hamas yang tinggal di Doha, tetapi mereka termasuk beberapa calon pengganti pemimpin Yahya Sinwar, yang dibunuh pasukan Israel di Gaza bulan lalu.
Mereka termasuk wakil Sinwar, Khalil al-Hayya, yang telah memimpin negosiasi gencatan senjata untuk kelompok tersebut, dan Khaled Meshaal, yang secara luas dipandang sebagai wajah diplomatik Hamas.
Pemimpin kelompok sebelumnya, Ismail Haniyeh, yang dibunuh di Iran pada bulan Juli hampir pasti oleh Israel, juga bermarkas di Doha. Jenazahnya diterbangkan ke Qatar untuk dimakamkan pada awal Agustus.
(Erha Aprili Ramadhoni)