Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Korea Selatan Diprediksi Jadi Negara Pertama yang Hilang dari Bumi, Ini Alasannya

Erha Aprili Ramadhoni , Jurnalis-Senin, 02 Desember 2024 |18:34 WIB
Korea Selatan Diprediksi Jadi Negara Pertama yang Hilang dari Bumi, Ini Alasannya
Korea Selatan Diprediksi Jadi Negara Pertama yang Hilang dari Bumi, Ini Alasannya (Ilustrasi/Instagram/@ksb0423)
A
A
A

Rangkul Perempuan Migran

Di banyak negara maju, imigrasi telah menjadi faktor utama dalam mengurangi dampak dari penurunan angka kelahiran. Namun, Korea Selatan hanya meraih sedikit keberhasilan dalam menarik para imigran.

Sementara negara-negara di Eropa Barat telah diuntungkan oleh tingkat migrasi bersih yang lebih tinggi, Korea Selatan memiliki salah satu tingkat terendah di Asia Timur, dengan pekerja kelahiran luar negeri yang jumlahnya kurang dari 4% dari angkatan kerja.

Hal ini sangat kontras dengan negara-negara Barat, di mana imigrasi telah membantu menstabilkan tingkat populasi meskipun angka kelahiran rendah.

Satu bidang yang terkena dampak imigrasi adalah bidang "migrasi pernikahan." Karena pria Korea Selatan, khususnya di daerah pedesaan, menghadapi semakin sedikitnya calon pengantin, mereka semakin beralih ke wanita asing, khususnya dari negara-negara seperti Vietnam.

Sejak 2000, pernikahan antara pria Korea Selatan dan wanita asing telah melonjak hingga 70%. Sementara banyak dari pernikahan ini disajikan sebagai solusi untuk ketidakseimbangan gender, pernikahan ini juga menyoroti masalah budaya dan sosial yang lebih dalam.

Penelitian menunjukkan bahwa wanita migran dalam pernikahan ini menghadapi tantangan yang berbeda. Pada tahun pertama pernikahan mereka, hanya 20% istri kelahiran luar negeri yang bekerja, dibandingkan dengan 50% wanita kelahiran asli.

Selain itu, wanita dalam pernikahan ini cenderung menghasilkan 500 dolar AS lebih sedikit daripada rekan-rekan mereka di Korea. Di banyak rumah tangga, khususnya yang memiliki istri non-Korea, suami memegang kendali atas keuangan, dengan 33% dari pernikahan tersebut melaporkan bahwa suami memutuskan bagaimana uang akan dibelanjakan, dibandingkan dengan hanya 7% dalam pernikahan Korea-Korea.

Krisis fertilitas Korea Selatan bukan hanya tantangan demografis. Hal ini merupakan cerminan dari ketidaksetaraan gender dan konflik budaya yang mengakar di negara tersebut. Seiring dengan terus menua dan menyusutnya populasi, negara tersebut menghadapi tugas berat untuk mengatasi masalah ini sambil menavigasi kompleksitas keluarga, pekerjaan, dan peran gender.

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement