Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Keberadaan Mangrove Bikin Kesejahteraan Warga Desa Tanjung Rejo Sumut Meningkat

Awaludin , Jurnalis-Senin, 02 Desember 2024 |19:32 WIB
Keberadaan Mangrove Bikin Kesejahteraan Warga Desa Tanjung Rejo Sumut Meningkat
Kepala Desa Tanjung Rejo, Selamet
A
A
A

Tidak hanya itu, warga juga memanfaatkan buah dari tanaman mangrove untuk dijual ke pasar domestik. Mulai dari dodol, jus, selai, keripik mangrove dan sebagainya.

“Saat ini pohon mangrove itu belum berbuah. Kalau sudah musim buah, pohon berembang ini dagingnya (buah) inilah yang dapat diolah menjadi dodol mangrove dan selai mangrove,” tuturnya.

Menurutnya, potensi ekonomi masyarakat dari kelompok batik cukup besar. Untuk harga kain batik yang ditawarkan bervariasi dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

“Kalau harganya tinggal tengok kualitasnya, kalau kualitas yang bagus itu ada yang Rp 1,7 juta. Batik ini ada dua jenis, ada yang cap dan ada yang tulis, tapi kalau yang cap itu harganya Rp600 ribu,” ucapnya.

Kata dia, produksi kain batik di sini cukup lama hingga mencapai satu bulan hanya untuk satu potong kain sepanjang dua meter. Soalnya tinta yang digunakan adalah pewarna alami, sehingga proses pengeringannya membutuhkan waktu lima hari di musim kemarau.

Beda halnya dengan pewarna sintetis, hanya membutuhkan waktu tiga hari agar tinta kering. Proses pengeringan ini juga bisa molor apabila wilayah setempat dilanda musim hujan.

Sejauh ini, pangsa pasar dari produk yang dihasilkan warga dari mangrove masih sebatas domestik. Pemdes Tanjung Rejo tengah mengupayakan kembali, agar pangsa pasar kerajinan tangan warga setempat bisa kembali mendunia.

“Sekarang pasarnya masih lokal, dulu memang ada dari luar negeri seperti Australia dan Amerika Serikat tapi ini tidak berlanjut. Dulu kami ada kerja sama dengan Yayasan Gajah Sumatera dan kerja sama ini sudah habis, dan kami akan tindaklanjuti lagi. Kerja sama itu dari tahun 2013 sampai 2023,” pungkasnya.

Perlu diketahui, Mangroves for Coastal Resilience (M4CR) adalah program konservasi yang diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia dengan dukungan World Bank. Program ini bertujuan untuk merehabilitasi ribuan hektar mangrove yang terdegradasi di empat fokus lokasi, yakni di Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

Langkah ini dilakukan demi memperkuat ketahanan pesisir, mengurangi emisi karbon, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Selain berfokus pada pemulihan ekosistem mangrove, M4CR juga mendorong pemberdayaan ekonomi lokal melalui berbagai program berkelanjutan yang melibatkan masyarakat, seperti ekowisata, produksi kuliner lokal dan pelatihan pengelolaan sumber daya alam.

Program ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia dalam aksi iklim global dan bertujuan untuk mengurangi kerentanan masyarakat pesisir terhadap bencana alam melalui pendekatan konservasi yang terpadu. Melalui kolaborasi antara Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) serta Kementerian Koordinator Bidang Pangan.

(Khafid Mardiyansyah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement