JAKARTA - Partisipasi pemilih dalam gelaran Pilkada serentak yang digelar pada 27 November 2024 mengalami penurunan drastis dibanding 2020. Menurut catatan Komisi Pemilihan Umum (KPU), partisipasi pemilih berada di bawah 70 persen.
Pilkada serentak 2024 digelar di 545 daerah yang terdiri dari 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota. Pilkada tersebut untuk memilih gubernur-wakil gubernur, wali kota-wakil wali kota dan bupati-wakil bupati.
KPU pun tak luput dari berbagai tudingan kurang profesional dalam menyelenggarakan Pilkada. Mulai dari proses administrasi hingga sosialisasi yang kurang memadai.
Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya menduga, adanya kejenuhan masyarakat dalam gelaran Pilkada. Sebab, waktunya berdekatan dengan Pilpres dan Pileg.
"Ya, mungkin juga ini dikarenakan ada kejenuhan antara pelaksanaan Pileg, Pilpres dengan Pilkada, terlalu berdekatan," ujar Bima Arya beberapa waktu lalu.
Faktor lainnya juga bisa penyebab kurangnya partisipasi pemilih, kata Bima, misalnya kandidat yang maju Pilkada tidak berasal dari daerah tersebut. "Mungkin kedikenalannya lebih rendah sehingga itu merupakan disinsentif bagi pemilih untuk memilih," imbuhnya.
Hal senada diungkap Mahfud MD. Mantan Menko Polhukam 2019-2024 itu melihat sejumlah faktor penurunan partisipasi di Pilkada. Menurut di, keinginan melihat tokoh baru dalam kontestasi politik hingga ketidakpercayaan terhadap jalannya Pilkada.