Pasukan Minahasa yang mengetahui bahwa Belanda telah membangun kubu pertahanan di Tataaran segera melakukan serangan. Dengan menggunakan meriam kaliber 6 pon, pertahanan Belanda itu dihujani tembakan-tembakan. Serangan itu mengejutkan pasukan Belanda yang tidak mengira pasukan Minahasa memiliki senjata seperti itu.
Sebelumnya mereka menduga bahwa dalam pertempuran mereka akan menghadapi senjata tradisional (inlandsche wapen). Serangan itu menyebabkan pasukan Belanda, yang telah mendekati Danau Tondano, ditarik mundur.
Selain itu, serangan tersebut mengubah rencana penyerbuan Belanda. Prediger mengirim utusan ke Minawanua dan mengundang para pemimpin Minahasa untuk mengadakan pertemuan, karena Belanda terdesak oleh pasukan Minahasa.
(Fahmi Firdaus )