Kompetisi akan lebih sehat jika hal tersebut diterapkan. Sebab, fokus pada kualitas kandidat, bukan pada kekuatan partai besar. Ditambah partisipasi rakyat meningkat karena merasa lebih terwakili dalam proses politik.
Sistem pemilu juga menjadi lebih seragam karena menciptakan harmoni antara pilpres dan pilkada. Pihaknya juga mencontohkan negara lain yang bisa dipetik pelajaran. Misalnya di Swiss, partai kecil memiliki peluang besar untuk mencalonkan kandidat dengan memberikan representasi politik yang lebih luas.
"Di Kanada, sistem tanpa ambang batas berhasil mengurangi korupsi politik. Di Prancis, model ini melahirkan pemimpin inovatif seperti Emmanuel Macron," tuturnya.
Indonesia dengan segala keberagamannya, juga memiliki potensi untuk melangkah ke arah yang sama. Ia menegaskan, bahwa demokrasi yang inklusif dan kompetitif bukan hanya mimpi, tetapi tujuan yang dapat dicapai dengan keberanian untuk berubah.
"Penghapusan ambang batas tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga memperkuat nilai-nilai demokrasi," katanya.
Sistem ini baik di tingkat nasional maupun lokal memberikan ruang yang lebih besar bagi rakyat untuk menjadi aktor utama dalam demokrasi. Di era baru ini, Indonesia tidak hanya memperkuat praktik demokrasinya sendiri, namun menjadi model bagi negara lain.
(Arief Setyadi )