WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menginstruksikan militer negaranya untuk mencabut penangguhan yang diberlakukan oleh mantan Presiden Joe Biden atas pasokan bom seberat 2.000 pon ke Israel.
Sebelumnya, Biden menunda pengiriman bom tersebut karena khawatir akan dampaknya terhadap penduduk sipil, khususnya di Rafah, Gaza, selama perang Israel di daerah kantong Palestina tersebut.
"Banyak hal yang dipesan dan dibayar oleh Israel, tetapi belum dikirim oleh Biden, sekarang sedang dalam perjalanan!" kata Trump di platform media sosial Truth.
Melansir Reuters, Minggu (26/1/2025), Trump dan Biden telah menjadi pendukung kuat sekutu AS, Israel. Bahkan, ketika Washington mendapat kritik dari para pembela hak asasi manusia atas krisis kemanusiaan di Gaza akibat serangan militer Israel terhadap kelompok militan Palestina, Hamas. Para pengunjuk rasa menuntut embargo senjata, namun tidak berhasil.
Gencatan senjata mulai berlaku seminggu yang lalu. Pada gencatan senjata ini, beberapa sandera Israel yang ditahan di Gaza dibebaskan. Begitu pula dengan tahanan Palestina yang ditahan Israel dibebaskan.
Sebelum pelantikannya pada 20 Januari, Trump telah memperingatkan akan ada "neraka yang harus dibayar" jika sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza tidak dibebaskan.
Diketahui, serangan militer Israel berikutnya di Gaza telah menewaskan lebih dari 47.000 orang, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Serangan selama 15 bulan ke Gaza ini menyebabkan tuduhan genosida dan kejahatan perang yang dibantah Israel.
Serangan itu juga mengungsikan hampir seluruh penduduk Gaza dan menyebabkan krisis kelaparan.
Washington mengatakan pihaknya membantu Israel mempertahankan diri dari kelompok militan yang didukung Iran seperti Hamas di Gaza, Hizbullah di Lebanon, dan Houthi di Yaman.
(Erha Aprili Ramadhoni)