SEMARANG – Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri menggandeng Pemkot Semarang, Polrestabes Semarang, Kodim 0733/BS, dan Kantor Kementerian Agama Kota Semarang menggelar acara pemantapan ideologi Pancasila di Pondok Pesantren Baitussalam, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Rabu (12/2/2025).
Salah satu pematerinya adalah Hadi Masykur, mantan narapidana terorisme (napiter) yang kini aktif di Yayasan Putra Persaudaraan Anak Negeri (Persadani), yayasan yang pengurus sekaligus anggotanya mantan napiter sudah bertaubat.
Dia juga sebelumnya merupakan Sekretaris Jamaah Islamiyah (JI), pada saat amirnya dijabat Para Wijayanto. Hadi Masykur pada kegiatan itu, di depan para peserta termasuk pembicara di antaranya adalah AKBP Goentoro Wisnoe dari Direktorat Pencegahan Densus 88, mengisahkan detik-detik penangkapannya sekira 5 tahun lalu.
“Saat itu H-3 Lebaran, tahun 2020, pas Covid, saya habis Tarawih di rumah karena saat itu kan Covid (ada pembatasan kegiatan di tempat ibadah), saat itu pukul 10.00 malam, pintu diketuk,” kata Hadi yang juga mantan pengajar di Ponpes Baitussalam Mijen Kota Semarang itu.
Ketika itu, Hadi juga bercerita sedang memindahkan data-data yang ada di laptopnya ke penyimpanan yang aman. Dia sudah merasa tidak aman alias ketar-ketir jika sewaktu-waktu ditangkap Densus 88. Ternyata, firasatnya benar.
“Data-data saya pindahkan, maksudnya kalau nanti laptop diangkut, sudah bersih he he he. Itu pintu saya buka, ternyata yang mengetuk Ketua RT,” lanjutnya.
Dia kaget betul malam itu. Sebab, menurutnya jarang-jarang Ketua RT datang mengetuk pintu, jika bukan ada acara rutin di lingkungan. Firasatnya menguat ketika Ketua RT itu menyampaikan maksudnya, bahwa ada “tamu-tamu” lain yang akan menjemputnya. Tamu lain itu tak lain adalah tim Densus 88.
“Kami kemudian duduk di ruang tamu, kalau nggak salah ada enam atau tujuh orang dari Densus, saya kemudian dibawa (ditangkap),” kisahnya.