Pada suratnya Arya Wiraraja mengibaratkan, jika Jayakatwang ingin berburu saat itulah kesempatan yang baik karena tiada lagi buaya, banteng, ular, duri, dan macan di sana, kecuali seekor macan yang sudah ompong. Surat tersebut bermaksud memberitahu Aji Jayakatong bahwa saat itu adalah kesempatan yang baik untuk menyerang Sri Kertanagara, karena sebagian besar pasukan Tumapěl berada di Malayu Sumatra.
Sementara, istana Singhasari bisa dikatakan sudah kosong tanpa penjaga, kecuali sang mantan patih, yaitu Mpu Raganata, yang diibaratkan macan ompong. Pada Kidung Harşawijaya dikisahkan bahwa utusan yang dikirim Arya Wirarāja untuk menyampaikan surat ke Kota Daha ialah putranya sendiri, bernama Wirondaya.
Setelah membaca surat tersebut, Aji Jayakatong tergugah semangatnya untuk menyerang Singhasari. Ditambah lagi patihnya yang bernama Mundarang mengingatkan Aji Jayakatong sebagai putra Aji Dangdang Gendis, wajib membalas dendam pada keturunan Ki Angrok, pendiri Kerajaan Singasari.
(Khafid Mardiyansyah)