JK pun menyoroti polemik kenaikan tarif resiprokal Trump sebesar 32% untuk Indonesia, yang dinilai bisa berdampak pada inflasi hingga PHK bagi industri dalam negeri.
"Padahal yang terjadi rillnya nanti, perubahan itu bukan 32%. Paling tinggi 10% akan terjadi kenaikan harga di pasar AS yang dibebankan kepada konsumen AS," tutur JK.
"Selama ini orang AS membeli sepatu hanya $60 misalnya, sekarang harga beli $66 dengan biaya masuk. Itupun $66 bisa saja diefisienkan oleh para pengusaha. Mungkin kenaikan hanya $5. Jadi efeknya tidak sebesar apa yang kita sering bicarakan," pungkasnya.
Sekedar informasi, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, resmi umumkan keadaan darurat ekonomi nasional dengan meluncurkan tarif timbal balik (Resiprocal Tarrifs) pada Rabu, 2 April 2025.
Tarif timbal balik tersebut termasuk untuk Indonesia, yang masuk daftar negara ke 10 berkontribusi terhadap defisit perdagangan Amerika. Nilai impor Amerika dari Indonesia dinilai lebih tinggi US$ 18 Milyar dibanding sebaliknya. Tarif baru bagi Indonesia, yaitu 32%.
Ekspor utama Indonesia ke Amerika Serikat, antara lain tekstil dan rajutan (termasuk jersey), sepatu, minyak sawit, udang dan Ikan, serta peralatan elektrik.
(Angkasa Yudhistira)